[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [04]

sh2

-[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love-

-Part 04

 

Of Date and Ice Cream

 

Finnaly gosip starts again. So, her love starts again too?

OC’s Runa / Oh Sehun / Park Chanyeol

Kim Minseok / Min Yoongi / Jung Chanwoo / Son Seunghwan / Other

Chapter / AU / lilbit Comedy / lilbit Fluff / Friendship / lilbit Hurt / School Life / Romance / T

a present by l18hee (@l18hee)

I own the plot

 

Credit Poster: Aqueera @HospitalArtDesgin

-RnR Please-

Prologue | 01 | 02 | 03

“Kwon Runa.”

Panggilan yang terlontar dari mulut Chanyeol membuat Runa yang baru saja menempelkan artikel terakhirnya menoleh. Mendapati sesungging senyum tipis yang terpeta pada wajah sang lelaki.

“Mau kutraktir es krim pulang sekolah nanti?”

 


 

-Part 04, Begin

 


“Tahu tidak? Katanya tadi pagi Chanyeol sunbae membantu Runa sunbae menempel artikel di mading!” Lian si anak tingkat satu yang sekelas dengan Chanwoo terlihat menghampiri Olivia –karibnya. Suasana kantin yang ramai sedikit menenggelamkan suaranya.

Yang menyahut justru gadis lain yang bertelinga peka terhadap berbagai jenis gosip, “Aku melihatnya! Bahkan Chanyeol sunbae tidak meletakkan ranselnya dulu sebelum membantu Runa sunbae.” Lian berkilat penasaran, “Benarkah? Wuaah, apa itu artinya mereka akan go public?” Sebelum gadis lain sempat menanggapi, Olivia lebih dulu menyela, “Hei, ini jam makan siang. Bukan untuk bergosip!” Seketika ia mendapat decihan kesal dari beberapa gadis. Tidak termasuk Lian, tentu.

Olivia melirik sekilas sosok Sehun –di meja seberang- yang tengah menatapnya, ia segera mengedik bahu pelan. Pasti tetangganya itu akan bertanya tentang ini nanti. Mengesalkan.

Sehun mendengus kala Olivia mengalihkan pandangan. Menyadari keanehan Sehun, Jongin mengetukkan sendok di atas nampan lelaki itu, “Ada apa dengan wajahmu itu?” Sehun hanya diam. Menyadari jika menjawab suaranya akan terdengar begitu ketus. Baekhyun yang tahu alasan Sehun menekuk wajah juga diam. Tak berniat membuka mulut karena ia yakin hanya akan semakin membuat Sehun suntuk.

Hari ini gosip Chanyeol-Runa benar-benar kembali meledak.

Dampak dari gosip ini juga melanda Runa, tentu saja. Dia masih berusaha mengabaikan tatapan meminta penjelasan yang Seunghwan layangkan sekarang.

“Kau bilang sudah move on?” Itu pertanyaan kesebelas Seunghwan yang menyangkut tentang Chanyeol hari ini. Tadinya Runa ingin kembali mengelak seperti yang ia lakukan sebelumnya, namun haluannya seketika berubah, “Iya. Tapi jika ada orang yang menawarkan bantuan padamu saat kau sedikit kerepotan, apa kau akan menolak?” Sedikit melenceng dari kenyataan sih. Tadi itu kan Chanyeol memaksa, bukan menawarkan.

Seunghwan menggandeng hening sekian sekon. Berfokus pada makanan yang ia kunyah dan mengantarkannya menuju lambung. “Hei, kuberitahu ya,” ia akhirnya bicara, “Gosip-mu dan Chanyeol pecah ‘lagi’. Bisa-bisa kau jatuh cinta ‘lagi’ pada lelaki idiot itu.” Dia terus-menerus menekan kata ‘lagi’ yang terlontar. Runa meletakkan sendok makannya malas. Makanan sedang tak menarik sekarang.

“Nah, kau mau jawab apa sekarang?” Seunghwan hampir saja berseru menang kalau saja Runa tak membuka mulut untuk melontarkan kata-kata yang tidak dapat dibilang seperti jawaban.

“Chanyeol sunbae mengajakku makan es krim sepulang sekolah.”

“Nah, apa kubila –HAH? SERIUS?” Mata Seunghwan hampir keluar sekarang. Beberapa siswa di sekitar mereka menoleh penasaran. Untung saja pengakuan yang baru dibuat Runa tidak terlalu keras tadi. Bisa-bisa semakin heboh saja seantero sekolah. Setelah melirik beberapa pasang mata yang memandangnya gerah, Seunghwan beralih kembali pada karibnya, “Kau serius?” Kali ini ia berbisik penuh penekanan.

“Tidak sih,” ucap Runa asal.

Ya!” dibentak seperti itu, Runa hanya memberi cengiran saja. Dia menyesap jatah susu kotaknya sebelum mengedik bahu, “Aku tidak begitu yakin. Tapi sepertinya dia bilang begitu tadi.” Runa ingat betul bagaimana ia harus berusaha menarik kesadaran kala matanya menatap Chanyeol tak percaya pagi tadi. Fokusnya sudah hilang oleh senyum si lelaki.

Untuk sesaat Seunghwan terdiam, berlagak sedang berpikir serius. Dia segera menatap karibnya lekat.

“Jangan bilang dia tertarik padamu.”

Eh?

Tawa canggung Runa mengudara, “Ah, mana mungkin.” Bahkan membayangkannya saja sudah membuat dia gemetaran. Sial. Mendadak ia menghentikan tawa, menatap tajam kearah karibnya, “Hwan. Berhenti bercanda!” Ekspektasi seseorang belum tentu benar adanya, bukan?

“Huh, bilang saja kau gugup memikirkan itu.” Dan sebuah tendangan di kaki dilayangkan Runa atas jawaban Seunghwan. Beberapa penggal ucapan Seunghwan semakin membuat hari gadis itu penuh pikiran. Telinganya bahkan sudah panas karena bisik-bisik yang tertuju padanya. Jangan sampai otaknya semakin panas memikiran hal yang mati-matian ia anggap tidak penting ini. Kelas kalkulus yang biasanya membosankan semakin terasa membosankan. Walau tidak terasa berlalu cepat, pada akhirnya selesai juga.

Tadinya Runa akan melontar keluhan lagi karena jam belajar mandiri tiba, jika saja Yoongi tidak berdiri di depan pintu kelas seraya memberi kode padanya untuk keluar.

“Ada pekerjaan.” Singkat dan padat. Tipikal Min Yoongi yang sedang serius. Tapi tetap saja Runa tak acuh, “Lagi? Aku bahkan menggantikan Chanwoo menempel artikel hari ini. Kenapa tidak minta yang lain saja?”

“Tidak usah mengeluh. Chanyeol ‘kan sudah membantumu,” nada lelaki bersurai merah muda itu berubah menggoda. Kembali kesal melanda benak si gadis, “Justru itu! Ah, sudah tidak perlu dibahas.” Dia menggeleng-gelengkan kepala seraya memasang tampang suntuk. Oh, ayolah, apa semua orang di sekolah selalu menyangkut pautkan ia dengan Chanyeol?

“Ada sedikit masalah,” si lelaki memberi kode agar adik kelasnya ikut mengambil langkah. Ada gurat ragu dalam wajahnya, tapi ia kembali meneruskan, “Kau tahu ‘kan ada yang kurang dari kumpulan artikel hari ini?”

“Tidak ada artikel tentang persiapan dari klub dance ‘kan?” Runa menjawab cepat, “Huh, apa-apaan itu? Aku sempat berpikir jika kau atau bahkan yang lain tidak suka dengan artikel yang aku buat. Padahal ‘kan-”

“Datanya hilang,” pengakuan Yoongi sontak membuat Runa berkerut, namun ia belum mengizinkan si gadis menyela, “Chanwoo menghilangkannya saat bermain game di laptopku. Mungkin itu alasannya dia membolos hari ini. Takut denganmu.”

Datanya hilang? Sial. Kenapa sih waktu itu Runa mengetik artikel di laptop Yoongi? Kenapa tidak di laptop miliknya saja? Seharusnya Runa membuat data cadangan saja jika tahu akan begini. Hari buruk? Mungkin saja iya! “Jadi?” Dia memang kesal. Sangat kesal sampai-sampai ingin berlari menggedor pintu rumah Chanwoo sebelum mencekik bocah itu secara brutal. Tapi dia terlalu lelah. Mungkin ia bisa mencekik Chanwoo esok hari.

Raut wajah kesal nan suntuk miliknya membuat Yoongi sedikit begidik, “Tadinya aku pikir tak apa jika kita tidak meluncurkan artikel itu. Lagi pula masih ada artikel menarik lain. Tapi ternyata beberapa siswi menyerbuku tadi. Dan…”

“Dan?” Runa mulai tak sabar. Kenapa Yoongi tidak langsung pada intinya sih?

“Dan aku ingin minta tolong kau melakukan wawancara ulang,” nada sang lelaki semakin merendah hingga akhir kalimat. Sedikit besiap untuk lari jika saja gadis di depannya akan mengamuk. Namun tetap menatap penuh permohonan. Dia hanya bisa berdoa dalam hati agar Runa menunjukkan sisi tidak teganya saat ini.

“Aku harus melakukan wawancara ulang dengan anak klub dance? Kau pikir mereka tidak punya kesibukan lain?” Runa masih ingat bagaimana raut terganggu dari beberapa anggota dance beberapa hari yang lalu. Kenapa Yoongi menempatkannya disituasi seperti ini?

“Aku sudah meminta salah satu dari mereka meluangkan waktu. Lima menit lagi di ruang klub dance, oke? Sampai jumpa!” Tanpa menunggu Runa menjawab, Yoongi sudah lebih dulu melarikan diri. Satu-satunya cara agar ia tak mendapat semburan kesal dari si gadis. Membuat gadis itu beralih menggeram seraya menghentakkan kaki untuk menyalurkan rasa kesal. Dia tak habis pikir dengan segala penuturan Yoongi. Mungkin murid sekolah yang protes karena secarik artikel yang tidak terpampang itu hanya ada di sekolahnya.

Selang beberapa saat kemudian Runa sudah berjalan di koridor sekolah. Menuju ruang klub dance, tentu saja. Tangannya baru saja terulur menyentuh kenop kala pintu di depannya terbuka. Ada seseorang yang lebih dulu menariknya dari dalam ruangan.

 

Oh Sehun? Runa hanya berucap –sedikit- terkejut dalam hati. Oh, dia harap tak ada perjanjian permintaan seperti jin lampu lagi.

“Kau terlambat, nona,” tutur Sehun dengan mata melirik ke arlojinya. “Maaf, aku harus membereskan barangku dulu. Kupikir akan repot jika nanti aku kembali ke kelas lagi sebelum pulang,” jawab Runa santai. Mengingat bahwa kelasnya ada di lantai dua sedang ruang klub dance di lantai satu.

“Kau terlambat lima menit,” agaknya Sehun tak ingin mendengar alasan yang meluncur keluar dari bibir Runa. Dia ingin mendengar yang lain. “Jadi kenapa kita tidak langsung mulai saja?” Si gadis yang sudah melewatkan hari –yang menurutnya- buruk memilih memasang tampang datar.

“Kwon Runa, kau itu ter-lam-bat.”

“MEMANGNYA KETERLAMBATANKU MEMBUATMU MATI?”

Eh?

.

.

.

Manik Sehun masih menatap gadis yang terduduk di sampingnya. Tak seperti beberapa menit yang lalu, si gadis hanya duduk manis dan meminum sekotak jus pemberian Sehun. Sama sekali sang lelaki tak membuka mulut. Memilih memandang lurus ke arah gadis itu. Mana dia tahu jadinya akan seperti ini. Padahal ia hanya ingin menggoda Runa agar mengucapkan maaf dengan serius. Tapi justru berakhir dengan ia yang kelabakan menghadapi ledakan Runa.

Perlu usaha untuk membuat Runa mau duduk manis seperti ini. Cukup menghabiskan beberapa persen tenaga Sehun untuk berlari mencari beberapa kotak jus yang tersisa di kantin sekolah.

Merasa Runa belum ingin membuka mulut untuk beberapa saat ke depan, Sehun memutuskan mengaduk ranselnya, mengeluarkan buku dan pena. Sekon selanjutnya ia menghabiskan waktu menulis beberapa hal. Sedikit penasaran, Runa akhirnya mau memberi lirikan pada lelaki yang sempat menjadi sasaran ledakannya tadi. Dia ingin bertanya, tapi gengsi –dan malu.

“Ini beberapa hal yang bisa kau jadikan refrensi untuk membuat artikel. Beberapa penggal sesi wawancara waktu itu masih bisa kuingat,” Sehun berucap tanpa menoleh. Masih berusaha menulis kendati beberapa kali berhenti untuk sekedar memberi waktu berpikir pada otak. Sedikit membiarkan Runa membatin kagum. Bukan karena kemurahan hati Sehun, tapi karena ingatan si lelaki yang lebih kuat ketimbang dirinya.

Oke, Runa benar-benar mengaku jika ingatannya sungguh buruk dalam beberapa hal.

“Nah.”

Segera Runa mengarahkan pandangan ke arah lain, kembali berusaha terlihat tak acuh. Gengsinya masih tinggi, omong-omong.

“Kurasa ini bisa diandalkan,” Sehun menyobek kertas berisi tulisannya sebelum mengulurkan itu pada Runa. “Terima kasih. Omong-omong maaf yang tadi,” giliran Runa yang mengulurkan sekotak jus pada Sehun. Lelaki ini membelikannya beberapa kotak jus tadi. Mana mungkin ia jadi rakus dengan meminumnya semua sekarang.

“Aku tak mau membahas itu. Kau sangat mengerikan,” Sehun segera menyambar kotak jus sebelum meminumnya. Sebuah pukulan Runa hadiahkan pada lengan si lelaki, “Aku sedang kesal, tahu!” Hanya kekehan yang Sehun beri sebelum ia memutuskan berbaring seenaknya di lantai dan memejamkan mata. Tentu saja Runa bingung. Dia menendang pelan kaki sang lelaki bermaksud mencari atensi, “Hei, kau mau tidur?”

Yang ditanya langsung mengibaskan tangan seraya menarik lengan kanan menutup wajah, “Sana, sana. Aku lelah karena berlari tadi. Biarkan aku tidur sampai bel pulang berbunyi.” Kelakuan Sehun menghasilkan dengusan dari arah Runa.

Sebenarnya tak ada yang bisa Runa lakukan sekarang. Urusan wawancara sudah beres, apa dia harus kembali ke kelas? Ah, malas. Dia ‘kan sudah izin sampai pulang sekolah, sayang jika harus kembali masuk kelas.

Baik, mungkin ia juga harus mengistirahatkan diri sebentar. Seperti menyandarkan kepala di lengan yang terlipat tepat di atas kaki tertekuknya. Dia mengatur napas, membebaskan otaknya dari berbagai pikiran.

Yang terdengar hanya detik jam dinding saja untuk sekian menit ke depan. Rencana awal Runa untuk beristirahat sebentar justru berakhir dengan tiupan napas halus nan teratur pertanda ia tertidur. Di menit ke dua puluh, Sehun bergerak dari tidur tak nyamannya. Lantai keras tak bisa di samakan dengan ranjang empuk di rumah. Dia menoleh, mendapati Runa juga tertidur. Menyadari sesuatu, ia segera terduduk.

 

“Astaga gadis ini!” Sehun membatin seraya meraih jaketnya. Dengan hati-hati ia menggunakan jaket itu untuk menutupi bagian kaki si gadis. “Dasar! Kau bahkan lupa jika memakai rok?” dia menggerutu dengan wajah sedikit memerah. Kembali ia membaringkan diri berniat melanjutkan tidurnya yang sempat terusik. Tapi baru beberapa sekon, lagi-lagi ia terduduk. Memasang wajah kesalnya saat menatap paras Runa.

“Chanyeol tergila-gila pada Adara. Kau tahu itu ‘kan?” Dia masih belum tahu perasaan gadis ini pada Chanyeol.

“Aku tertarik padamu. Tak masalah untukmu?” Dia masih belum bisa mengartikan rasa ketertarikannya pada gadis ini sebagai apa.

Sehun mendengus pelan. Memutuskan menutup mulut, mengizinkan detik jarum jam kembali mendominasi untuk berpuluh menit ke depan.

Di posisi yang masih sama, perlahan Runa membuka kedua kelopak matanya. Tak ada sosok Sehun di sana. Ia mengerjap beberapa kali sebelum sadar jika ada sesuau yang lengket menempel di pipinya.

 

Sticky note?

‘Nomorku ada direcent call terakhirmu. Jangan lupa cuci jaketku dan hubungi nomer itu jika ingin mengembalikannya.’

“Dia pergi tanpa membangunkanku? Dasar!” Runa berdecih melihat recent call terakhirnya, “Suka seenaknya.” Dia bergegas memasukkan jaket Sehun ke ransel. Sedikit merenggangkan tubuh sebelum melangkah keluar ruangan. Ia melirik deret digital di ponsel sebelum mendesah pelan. Bel pulang sepertinya sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Walau terkadang –lebih tepatnya sering kali- ia melupakan sesuatu, tapi tidak dengan ajakan Chanyeol tadi pagi. Dia tidak mungkin melupakan bagian itu, oke? Tapi apa Chanyeol masih menunggunya?

“Mungkin aku harus memeriksa kelasku,” ada harapan dalam nada yang ia gunakan. Dan sayangnya harapan itu pupus ketika melihat tak ada siapa pun di kelasnya, juga di kelas Chanyeol. Oke, lagi-lagi hal buruk terjadi. Huh, sial. Dia menuruni tangga menuju lantai satu dengan malas. Pikirannya sudah kosong. Tak ada yang bisa ia lakukan selain pulang dan merebahkan diri di kasur empuk sekarang.

Kakinya baru menapak satu tangga terakhir ketika sosok Chanyeol terlihat, tepat di ujung koridor.

“Chan-” nadanya merendah seketika, “-yeol sunbae.” Sosok Chanyeol tengah bergerak di sana. Bukan kearahnya, tapi kearah seorang gadis yang baru saja muncul dari persimpangan koridor lain. Gadis itu, Runa bisa mengenalinya.

 


And She’s Hurt Again

 

She should know, become love again with her past is mean hurt again

 


“Adara Chloe?” Runa tentu tahu si bassis di band Chanyeol. Langkahnya kembali tercipta. Kali saja Chanyeol bisa menyadari eksistensinya. Ada celah egois dalam hatinya melihat Chanyeol bersama Adara. Lelaki itu sudah lebih dulu mengajaknya tadi pagi.

“Chanyeol sunbae!” teriakannya kali ini berhasil membuat Chanyeol menoleh, pun Adara. Wajah terkejut dan sedikit terganggu yang Chanyeol tunjukkan bukanlah yang Runa harapkan.

“Oh, Kwon Runa. Aku kira kau sudah pulang,” Chanyeol melirik Adara yang memasang wajah datar. Gadis dengan tubuh sempurna bak model itu mengedik bahu, “Kurasa aku bisa pulang sendiri.”

“Tidak. Aku akan mengantarmu,” Chanyeol bersikeras. Dia beralih pada Runa yang sedang mengerut heran, “Maaf. Sepertinya…” Ada semacam kode tak kentara yang dapat Runa tangkap. Bersamaan dengan getaran di hatinya.

Chanyeol menyungging senyum simpul, “Oke. Sampai jumpa,” sebuah acakan lembut di rambut Runa dan si lelaki melenggang pergi, menarik pergelangan tangan Adara. Kedua sosok itu benar-benar pergi. Meninggalkan Runa yang masih berdiri tak percaya.

Sungguh, ini buruk yang benar-benar nyata.

Satu kali tarikan napas dan bulir bening itu lepas dari kelopaknya. Dia berjongkok menyembunyikan isak tangis. Kali ini, ia benar-benar merasa menjadi gadis murahan. Bagaimana bisa ia mengizinkan sisi egonya mendominasi? Seharusnya ia tak perlu menghampiri Chanyeol agar harga dirinya tertap terjaga. Sekarang, lelaki itu dan Adara pasti berpikir jika ia adalah gadis gampangan yang mengejar seorang lelaki hanya karena ajakan makan es krim.

Sekian menit terlewat untuk meratapi nasib dengan cara yang sama sekali tak berkelas, Runa sudah berjalan tanpa tenaga. Jaket milik Sehun sudah membalut tubunya. Sedikit membantu menghalau hawa dingin. Tidak dengan hawa dingin di hatinya, tentu. Sesekali air mata tergenang. Namun ia hanya perlu menarik napas pelan untuk menahan tangisnya meledak lagi.

Tepat ketika ia sudah menyimpan sepatu di rak, Yuri berjalan kearahnya, “Kau pulang terlambat. Sudah makan?” Sang kakak sedikit terkejut kala tanpa kata adiknya begitu saja merengkuhnya.

Dan menangis.

“Yul, kau sudah- eh?” segera Jiyong terdiam karena kode dari Yuri. Tatapan mata ada-apa-dengannya milik Jiyong dibalas gelengan oleh Yuri. Hanya beberapa saat Runa bertahan pada isak tangis. Gadis ini segera terdiam sembari mengusap wajah sebelum melangkah menuju kamarnya.

-0-

Jarum jam tepat menunjuk angka 11 ketika Runa duduk menatap kosong  langit cerah di balik jendela kamar. Tanpa mau repot-repot menyisir rambut, ia meraih jepit rambut dan berjalan keluar kamar. Kakinya melangkah ke arah dapur. Dia mendapati kakak perempuannya baru saja menutup pintu lemari pendingin.

“Mau makan apa? Aku akan membuatkanmu sesuatu,” Yuri menuangkan air dingin ke gelas seraya memberi senyum pada Runa.

“Aku makan roti saja,” Runa berjalan seraya menggelung rambut kusutnya.

“Tidak mau roti panggang?” ucap Yuri yang melihat Runa lagsung membawa selembar roti dengan selai stroberi ke sofa. Hanya gelengan yang Runa tunjukan sebelum ia duduk manis mengunyah roti.

Sebenarnya Yuri yang kini mengambil tempat di samping adiknya ingin sekali bertanya perihal kejadian kemarin. Tapi rasanya sedikit tak enak. Atmosfir yang ada begitu suram.

“Jiyong bilang kau bisa ke bengkel jika kau ingin,” pada akhirnya ia hanya bisa menyampaikan pesan Jiyong. Paling tidak ia bisa mengulas senyum kala Runa hanya mengangguk dan beranjak menuju kamar setelah berucap akan mengunjungi Jiyong di bengkel.

Sekitar jam satu siang Runa sudah berdiri di depan bengkel milik Jiyong. Bengkel mobil sport yang selalu Jiyong banggakan. Salah satu tempat menyenangkan untuk melepas penat. Runa lebih suka berada di tempat kerja Jiyong dari pada melirik bank negara tempat Yuri bekerja.

“Junhong!” seruan Runa berhasil menarik atensi seorang lelaki yang segera melambaikan tangan. Kawan satu angkatannya itu memang bekerja di sini setiap akhir pekan. Bukan karena butuh uang, tapi lebih pada hobi. Dan sedikit alasan lain sih.

Saat Runa sampai Junhong langsung berucap, “Kau terlihat sedikit…” ia tak mencoba meneruskannya. Membuat Runa mengulas senyum tanpa berniat menjawab, “Kau benar-benar tidak lelah ya? Bukankah masih harus berlatih? Dan tugas sekolah masih banyak ‘kan?” Junhong terkekeh, “Aku punya energi berlebih, omong-omong.”

“Bukannya ini jam makan siang? Kau tidak lapar?” Runa baru sadar ketika ia melihat bengkel Jiyong sedikit sepi. Setelah berlagak berpikir, Junhong melayangkan sudut matanya pada si gadis. Mungkin ada ide bagus.

Ide bagus untuk membuat Runa menatapnya tertegun, “Kau selalu makan jjajangmyeon saat istirahat makan siang?” Dia memandang Junhong yang sedang menikmati porsi jjajangmyeon-nya yang baru diantar. Makan mie tiap hari ‘kan tidak baik. “Makan saja,” si lelaki mendorong porsi lain lebih mendekat pada Runa.

Yah, tak ada salahnya menuruti Junhong.

Runa meletakkan sumpitnya di atas mangkuk. Dia kalah sekitar sepuluh menit –mungkin lebih- dari kecepatan makan Junhong. Untunglah Junhong mau berbaik hati tak menuntutnya untuk menelan bulat-bulat jjajangmyeon itu. Wajah Runa yang serasa berkata hei-dunia-aku-sedang-frustasi-sekarang tak mungkin membuat Junhong tega melaksanakan aksi jahil sekarang.

“Runa, kau sudah lama? Kenapa tidak menelpon dulu?” suara kakaknya membuat Runa menoleh pelan setelah mengusap bibir dengan tisu. “Memangnya Oppa akan meyambutku dengan meriah jika aku mengabari akan datang?” satu alis Runa terangkat bersamaan dengan Junhong yang menahan tawa. Cletukan si gadis selalu membuatnya geli.

“Jangan bodoh,” sebuah jitakan mendarat di kepala sang adik. Tanpa Jiyong prediksi, sekitar dua sekon selanjutnya ia bisa melihat mata Runa berkaca-kaca.

Oppa serius memukulku? Memukul gadis yang sedang dalam kondisi buruk seperti ini?”

Ups. Mana Jiyong tahu jika keadaannya berubah seperti ini.

“Eh? Ru-runa jangan –oh, astaga! Oke, oke aku minta maaf.” Jiyong jadi kelabakan sendiri menghadapi adiknya. Yah, Runa terkadang bersikap aneh. Terlebih jika suasana hatinya sedang tidak normal. Seperti terlalu tertekan dan bahkan saat terlalu senang.

Oppa bahkan terlihat setengah hati saat meminta maaf. Oppa benar-benar membenciku ya?” melihat Runa yang mulai menghapus setetes air matanya, sang kakak segera menghela napas berat. Dia menatap Runa pasrah, “Baik, aku minta maaf. Aku sungguh menyesal. Sekarang katakan apa yang dapat membuatmu lebih baik?” Manik yang tadinya terhalang genangan air itu kini berbinar senang, “Aku ingin pinjam Junhong untuk menemaniku jalan-jalan. Sekarang.”

Seketika Jiyong melirik Junhong dengan tatapan tajam. Namun yang dilirik hanya membalas dengan kode sumpah-aku-tidak-tahu-apa-apa dengan takut. Nasib pekerjaan Junhong dipertaruhkan di sini. Tapi bukan Jiyong namanya jika ia bisa tega menolak keinginan sang adik yang –katanya- sedang dalam suasana hati yang buruk. Itu pun karena ia ingat ucapan Yuri agar untuk sementara bersikap lebih baik dan lembut sampai Runa pulih kembali. Jika tidak bisa-bisa Yuri tak akan mengizinkannya masuk apartemen. Gadis kulit tan itu juga mengancam akan merusak semua foto aktris idolanya, omong-omong.

Jiyong mengibaskan tangan sembari mengangguk. Memberi kode agar kedua bocah di depannya segera menyingkir sebelum ia berubah pikiran. Runa berjingkat senang sebelum melangkahkan kaki dengan riang. Kala Junhong akan ikut mengambil langkah, tangan Jiyong menarik kerah kausnya. Dan sebuah bisikan horror yang dapat membuat Junhong meremang pun terdengar, “Choi Junhong, tekankan pada dirimu jika dia itu adikku.” Detik selanjutnya sebuah tepukan bersahabat mendarat di pundak Junhong, “Oke. Jaga dia ya?” Jiyong berlalu dengan senyum ceria. Bagi Junhong itu mengerikan. Sungguh! Itu sebabnya ia segera berlari mengejar Runa agar tak kembali melihat tampang mengerikan Jiyong. Oh, semoga esok perasaan atasannya sudah membaik.

“Kau mau membuatku mati ditangan kakakmu ya?” kakinya baru saja bisa menyamai langkah Runa. Si gadis melempar liriknya, “Aku membantumu istirahat, tahu! Aku ‘kan teman yang baik hati.” Gadis ini tak memberi celah Junhong untuk menyela, “Sekarang sebaiknya kau melakukan sesuatu yang menyenangkan. Aku tidak akan mengganggu kok. Dah!” Baru saja ia berbalik, tangan Junhong menarik lengannya, “Aku bisa ditendang Jiyong hyung jika membiarkanmu pergi sendiri. Aku ikut denganmu saja.”

“Oke. Tapi pinjamkan aku ponselmu. Aku tidak membawa ponselku, hehe.”

Sederet syarat yang Runa ajukan baru Junhong mengerti kala sosok Seunghwan terlihat memasuki pintu kafe yang keduanya singgahi. “Oh, ada Junhong juga!” gadis over ceria itu segera mengambil tempat duduk dan dengan seenaknya meminum milkshake milik teman gadisnya.

“Hwan, ayo ke game center!” Runa berbinar semangat, pun dengan gadis di sampingnya, “Ayo! Ayo!” Junhong memasang wajah heran melihatnya. Serius nih dia akan ikut gadis-gadis ini pergi?

Dan, yah, pada akhirnya Junhong juga mengekori mereka mencoba satu persatu permainan yang ada di game center. Terkadang sedikit mengeluh ketika salah satu dari gadis itu memintanya ikut bermain. Setelah menghabiskan waktu sekian jam, mereka berkhir di sebuah kafe. Huh, apa bedanya Junhong bekerja atau tidak hari ini. Sama-sama melelahkan.

“Hei, bagaimana dengan ajakan makan es krimmu?” Seunghwan menyenggol lengan Runa yang baru akan melahap sesendok cake. Yang ditanya justru memilih melanjutkan melahap cake seraya mengedik bahu. Kode buruk yang berhasil ditangkap karibnya.

“Jadi…” Seunghwan menggantung. Mempersilahkan Runa menjawab dengan benar, “Chanyeol sunbae meninggalkanku untuk mengantar gadis lain.”

“APA?”

Oke, menurut Seunghwan itu kejam. Tapi bukan gadis itu yang berseru kaget hingga beberapa pengunjung kafe menoleh jengah. Junhong yang melakukannya.

“Itu seharusnya dialogku, oke?” protes Seunghwan sama sekali tak masuk dalam hal yang akan Junhong pedulikan. Junhong lebih memilih berdehem sebelum kembali bersuara, “Park Chanyeol mengajakmu kencan? Lalu bagaimana dengan Oh Sehun?”

Rencana Runa yang ingin meralat ucaan Junhong dibagian ‘berkencan’ menguap ketika nama Sehun disebut, “Kenapa membawa nama Oh Sehun?” Dia masih berkerut ketika sesendok cake masuk ke mulut. Rasanya Junhong ingin mengutuk mulutnya. Berusaha sebisa mungkin mencari topik lain yang jauh dari maksud sebenarnya. Ini rahasia, oke?

“Bukannya ada wawancara ya?”

Oh, Runa kira ada sesuatu yang penting dalam ucapan Junhong. Yah, sebenarnya memang ada, hanya dia saja yang tidak tahu. “Aku sudah melakukannya kok. Tenang saja. File-nya sudah aku kirim ke Yoongi sunbae,” ia kembali menikmati sisa seperempat cake-nya. Membuat Junhong bersyukur dalam hati tidak kelepasan bicara lebih jauh. Percakapan Sehun dan Baekhyun tempo hari masih menyangkut dibenaknya.

 

Aku tidak mungkin salah dengar, Oh Sehun pernah bilang jika dia tertarik pada Runa.

.

.

.

.

tbc

Hai, aku balik lagi wkwk entah ada yang nunggu ato enggak haha

Mau kasih tahu, dua atau tiga part terakhir mau aku kasih password. Walau masih agak lama, ini cuma buat ancang-ancang aja hehe… Usahakan udah ninggalin komentar di setiap chap ya :3 Dan kalau mau minta password (kalo fic-nya udah muncul loh ya, jangan sekarang wkwk) ada beberapa cara.

Dateng ke sini biar lebih gampang jelasinnya.

Makasih buat semua komentar yang kalian tinggalin, aku berusaha buat balesin semuanya :3

.nida

66 pemikiran pada “[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [04]

  1. NIDAAAA!
    AKU NUNGGUIN KOK! XD
    sebenernya, kebencian aku sama karakter Yeol di sini agak berkurang, gak tau kenapa. meski aku tau dia brengsek banget acuhin si Runa terus malah jalan (pakek gandengan segala) sama Adara. *hampir baper, tapi gak jadi. wkwkwk
    aku kok, mikirnya Yeol liat Sehun-Runa di klub dance berduaan yaa? *ciee tata tumben mikir positif sama Yeol/padahal ini mah sok tau. 😀
    dan… aku ngakak bayangin ekspresi Sehun pas dibentak Runa. HAHAHA

    “MEMANGNYA KETERLAMBATANKU MEMBUATMU MATI?”
    .
    .
    .
    aku ulang,

    “MEMANGNYA KETERLAMBATANKU MEMBUATMU MATI?”

    sekali lagi

    “MEMANGNYA KETERLAMBATANKU MEMBUATMU MATI?”

    HAHAHA *si tata gilak.

    njir, aku ngakak bagian itu. ampun deh.
    bagian Jiyong-Yuri lebih kek pasangan dai pada kakak-adek ya :’) *apaan

    udah ah, sori nyepam.

    Suka

    • IYA KAK KASIAN BANGET RUNA, ADA-CHAN GANDENGAN SEGALA DI DEPANNYA, KAN SAKIT KAK, SAKIIIIIIIT/plak!!
      kak tata mikir positif hahaha tapi sayangnya keknya enggak deh kak/dor! ah tauk deh, di seriesnya ada-chan nanti aku jelasin aja wkwk (kalok ada sih)
      SUMPAH KAK AKU JUGA NGAKAK WAKTU NGETIK ITU HAHA DAN TAMBAH NGAKAK PAS BACA KOMEN KAKAK
      iya kak tata gila.. aku paham… aku tahu… aku mengerti…
      ._. aku baru nyadar mereka kek gitu wkwk
      halah, nyepam komen mah gak dosa wkwk

      Suka

      • jomblo mah telatih mikir positif (apa terlatih sakit akibat php gitu, serah) *eaaak -_-
        ohoho, jadi seriesnya Ada-Chan itu masih nyambung ke sini? :O

        iya bener yang dosa mah ngerebut pacar orang yah? :’)

        Suka

      • kamvret, bentar lagi aku gak jomblo haha
        ada-chan itu kek SeNa kak, ya kek gitu deh, kak tata pasti mudeng wkwk
        iya ngerebut-pacar-orang itu dosa banget.. poool dosane… dosaaa… kecuali kalok yang direbut ikhlas-ikhlas aja (itunamanya kamvret)

        Disukai oleh 1 orang

  2. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [05] | Coffee Hee

  3. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Coffee Hee

  4. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Oh Sehun Fanfiction Indonesia

  5. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | EXO FanFiction Indonesia

  6. WAAAAAAAAA !!!!!!!
    Izinkan aku teriak kak. WAAAAAAAAAAAAAAAAAAA !!!!!!
    oke, aku siap komentar sekarang *gaje*
    duh Runa pasti lagi patah hati banget banget banget deh 😢 gak bisa bayangin kalo di posisi runa hiks hiks *berlinang air mata* suka di bagian Junhong teriak “APA?” wkwkwkwk itu harusnya bagian cewe kenapa si Junhong yang teriak “APA?” *ngakak*
    oke kak sekian ya~ aku mau pindah ke chapter berikutnya

    Suka

  7. Ping balik: [Behind the Scenes Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [7/END] | Coffee Hee

  8. Gak suka sama karakternya pcy;(((, labil bangetsihhh knp harus milih adara? dari awal aja dia matian2 act ngedeketin runa. Kasian kan runanya.
    Sayangnya pas sehun nyatain perasaan pas runa lagi tidur🌚.
    Btw aku baru ngeh jiyong itu cowok kirain cewek, kirain jiyoung member kara hehehe😥

    Suka

    • iyap aku bikin dia kek gini di fic ini wkwk
      namanya juga cowok :” kadang kek gitu (ini malah apa aztagah)
      haha iya tuh, harusnya tau tau buka mata aja ya/gak
      haha itu jiyong yang kumaksud jiyong bigbang xD

      Suka

  9. Wahh ceritanya makin seruuu. Chanyeol tega banget masa, runa nya udah seneng gitu. Si sehun sweet jg minjemin jaketnya hihihi. Lanjuut chap berikut nya 😊

    Suka

  10. ahh chanyeol parah banget disini. masa iya ninggalin runa begitu aja demi ngantar adara, gak namja ah kalo kek gitu -____-
    yaudah runa sama sehun aja gih.
    paling suka yg waktu di bengkel. runa parah banget moodswing-nya. untung kakaknya sabar ngeladeni wkwkwk XD

    Suka

    • iyaaaaaaa chan bingung antara mau nemenin adara pulang ato sama runa akhirnya dia memilih nganter adara :”’
      haha iyaa itu di bengkel sifat anehnya runa keluar semua, jadi kek anak kecil kalok di depan kakaknya wkwk

      Suka

  11. Nid, tolong tahan aku sekarang jug! Kuhendak menendang Chanyeol!
    dia kan yang bikin janji duluam, mentang mentang itu adara, runa ditinggalkan!
    untung yeol bukan adek akoooohhh..
    kalo itu kyungsuh, ku jiwir jiwir kupingnyah!!!

    dan aku ngakak bagian si sehun dibentak wkwkwkwk..
    pasti mukanya oon banget wkwkwkwkwk..
    *gegulingan*

    cuss ku mao lanjooooottt..

    Suka

  12. AAHHHH BAPER LAGIIII. UDAH DEH YEOL JAN NARIK PERHATIAN RUNA LAGI 😤😤
    Kyaaaa ada mas Junhong…. aduuuh demi apaaaa aku suka banget sama diaaa (re: bias 😂😂)
    Aduuuuh padahal mah gpp, bilang aja yg sesungguhnya, Jun, kalau Sehun tertarik sama Runa 😂😂 /ga/ /dimavokin mastin sama Sehun/? 😂😂

    Suka

  13. Oke karakter yeol disini udah kebaca kalau dia ngga bener-bener serius sama di runa dan pada akhirnya aku membela sehun,😁 padahal yg chap sebelumnya suka sama karakter chanyeol 😥😥

    Suka

  14. Aku kira di pw, ternyata enggak hehe,, udah terlanjur kirim line ke kakak hehe

    Sehun ngegemesin sumpah haha, gak tau kenapa suka bgt sama dia disini.. ceye tipikal senior yg sebenernya gak nge php tapi bikin orang ngerasa di php wkwkwk, kesel juga sih.. gakpapalah, runa sama sehun aja ya *pukpuk runa* cocokan sama sehun kok *pukpuk runa lagi* cakepan sehun kok hahaha *ngebias bgt*

    Pokoknya suka bgt sama ff ini 😂😂

    Suka

  15. Apaan coba canyol gabisa nepatin janji idieww- kalo emang udah kepincut sama Adara yaudah dong jgn beri harapan palsu runa hikseu.. Buat sehun semangat yaw keke

    Suka

  16. chanyeol bener bener deeeh. Ya ampun, kalo ngajak yang udah di niatin, jalanin aja napa, ngapain juga adara muncul. Hadeuh /tepuk jidat../
    Runaa, kasihan sekali kamu. /yaelah, nasib kita juga sama run../ elah palah curcol. nice nice nidaa

    Disukai oleh 1 orang

  17. isssh chanyeol nih apa sih maksudnya hmm
    Wkwk emang move on susah banget sihh yaa, mau diapa kata
    Hmm sehun katanya suka sama runa tapi kok rada cuek dikit sih kasihan runa ditinggal sendiri gitu
    Itu yang junhong denger waktu sehun lagi ngomong sama baekhyun yaaa hmm mungkin pas dia kebetulan lewat yaa

    Suka

    • chan gak maksud apa-apa dia ganteng soalnya/plak
      iya tuh sehun mau sok sok cuek gitu tauk tuh dia :v haha
      iya si junhong denger pembicaraan itu, kebetulan dia lagi nangkring di langit2 sekolah dan denger sehun-baek ngomong/gak/canda

      Suka

  18. auuu sweet bangetttt ihhhhh >,< sehunn nyaa ya ampuuunn. bikin aku ngeflyy wkwkwk. ko ada cogan kek sehun siii 😀 ahh jadi oengen jadi runa deh, seriuss wkwkwk. jihong lucu banget sii. ahh semoga runa suka ama sheun aja. jangan sama chanyeol, cowo kek gitu kmvrt emnag dasaarr wkwkwk

    Suka

  19. Salah fokus ke junhong nya #plak
    aku jadi mikir kalo jiyong sama yuri itu cocok jadi emak bapak nya runa :p
    Dan entah kenapa dipart ini banyak yang membuat aku jadi salah fokus, *ada akkua?*

    Suka

  20. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love | Coffee Hee

Give Me Your Feedback Guys~