[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [05]

REQ l18hee

-[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love-

-Part 05

 

Just Stay Strong

After you gave me a lie. After a hurt again. Can I say, goodbye?

OC’s Runa / Oh Sehun / Park Chanyeol

Son Seunghwan / Kim Minseok / Min Yoongi / Jung Chanwoo / Other

Chapter / AU / lilbit Comedy / lilbit Fluff / Friendship / lilbit Hurt / School Life / Romance / T

a present by l18hee (@l18hee)

I own the plot

 

Credit Poster: Laykim @ Indo Fanfictions Arts

-RnR Please-

Prologue | 01 | 02 | 03 | 04

 

Rencana Runa yang ingin meralat ucaan Junhong dibagian ‘berkencan’ menguap ketika nama Sehun disebut, “Kenapa membawa nama Oh Sehun?” Dia masih berkerut ketika sesendok cake masuk ke mulut. Rasanya Junhong ingin mengutuk mulutnya. Berusaha sebisa mungkin mencari topik lain yang jauh dari maksud sebenarnya. Ini rahasia, oke?

“Bukannya ada wawancara ya?”

Oh, Runa kira ada sesuatu yang penting dalam ucapan Junhong. Yah, sebenarnya memang ada, hanya dia saja yang tidak tahu. “Aku sudah melakukannya kok. Tenang saja. File-nya sudah aku kirim ke Yoongi sunbae,” ia kembali menikmati sisa seperempat cake-nya. Membuat Junhong bersyukur dalam hati tidak kelepasan bicara lebih jauh. Percakapan Sehun dan Baekhyun tempo hari masih menyangkut dibenaknya.

 

Aku tidak mungkin salah dengar, Oh Sehun pernah bilang jika dia tertarik pada Runa.

 


-Part 05, Begin

 


Dikarenakan festival akan berlangsung di awal musim dingin dan juga setelah ujian dilaksanakan, pihak sekolah memberi sebuah peraturan tegas yang sudah ada dari tahun-tahun sebelumnya. Persiapan festival paling lambat harus dihentikan dua minggu sebelum ujian dimulai untuk siswa-siswi dari berbagai klub yang akan tampil, serta tiga minggu untuk siswa-siswi sisanya. Untuk panitia, pihak sekolah lebih memperketat izin. Lagi pula para siswa punya kesadaran sendiri kala musim ujian datang. Jadi pihak sekolah tak begitu kerepotan.

Karena itulah hanya akan ada waktu tiga hari sebelum tenggat waktu diberikan. Klub jurnalis memang sibuk, tapi tidak sesibuk klub lain. Seperti sekarang. Runa terlihat duduk di sudut aula dengan memangku kamera. Memperhatikan beberapa siswa melakukan adegan-adegan drama musical di sudut lain. Sesekali ia memotret. Sesekali ia melamun. Di aula utara hanya ada para anggota klub drama, grafis, vokal, dan beberapa orang dari klub seni rupa.

Sejak kejadian dia yang menangis dengan tidak berkelas di koridor sekolah, sebisa mungkin ia mengatur agar Chanyeol tak hinggap dipandangannya. Siapa juga yang tahan jika sudah diperlakukan seperti itu? Cih. Mendengar nama Chanyeol disebut saja ia sudah malas. Sedikit –oh, bayak berefek pada sikapnya akhir-akhir ini. Tipikal Runa yang sedang berada dipuncak kelelahan hatinya. Dia tak akan banyak bicara, lebih suka berkomunikasi dengan kode atau kata-kata singkat. Tidak banyak mengeluh. Jika biasanya Yoongi harus mendapat semprotan dulu, kali ini si lelaki tak perlu memerintah dua kali. Seperti tadi, ketika Yoongi memintanya memantau di aula utara haya ada kata ‘Ya’ yang terdengar sebelum sang gadis berlalu pergi. Membuat Yoongi dan Namjoon saling menyikut penuh tanda tanya dan berakhir dengan edikkan bahu.

Seunghwan pun dibuat bingung. Tak sepenuhnya bingung karena ia tahu persis alasan Runa seperti itu. Walau karibnya masih tertawa ketika sedang bercanda atau melihat hal lucu, ia tahu jika si gadis hanya berusaha beralih dari rasa kecewa. Seunghwan lebih sering membiarkan Runa sendiri. Runa selalu butuh waktu untuk sendiri. Apalagi dalam keadaan seperti ini.

Sudut bibir Runa sedikit tertarik ketika melihat Baekhyun yang berseru tak jelas saat adegan romantis pemeran utama. Atau ketika Seokjin yang sedang mengurus properti segera berdecak jengah saat Olivia –si anak klub vocal- melayangkan kedipan pada lelaki lain. Oh, kisah cinta mereka terlihat asyik untuk diperhatikan. Tak seperti kisah sialannya, tentu. Runa ingin tertawa mengingat kisahnya.

“Haha sialan.” Dia benar-benar ingin tertawa.

“Apanya?”

“WAKH!” Runa memegang dada seraya mengerjap. “Sunbae!” sebuah pukulan dilayangkan ke kaki lelaki yang tadi berucap. Itu Sehun, omong-omong. “Kau ini mudah sekali kaget,” tawa Sehun mengudara. Entah kenapa Runa malah ikut tertawa. Ekspresinya pasti sangat lucu tadi. “Jangan tertawa!” Mana mau Sehun diperintah begitu jika yang memerintah saja masih mengumbar tawa, “Kau juga tertawa!”

Sekian saat mereka saling bertukar tawa, akhirnya Runa yang sedang memegang perutnya yang mulai kram berucap, “Sudah, aku lelah.”

“Memangnya siapa yang mulai?” Sehun menyodorkan sekotak susu kedelai pada gadis di sampingnya. Hey, sejak kapan lelaki itu membawa susu kotak? Ah, masa bodoh. Yang penting Runa bisa sedikit membasahi kerongkongannya sekarang. Dia tak acuh pada ucapan siapa-yang-mulai saat ini.

“Kau ambil gambar banyak tadi?” baru saja Sehun bertanya, ia segera kembali angkat bicara kala Runa menyodorkan kamera, “Perlihatkan saja. Aku sedang malas memegang sesuatu.” Alasan aneh, oke? Tapi Runa tak protes dan mulai menunjukan berbagai gambar yang tertangkap kamera pada Sehun yang semakin mencondongkan tubuhnya pada si gadis.

“Oh, kau memotret momen yang pas!” Sehun tertawa melihat pose aneh Olivia. Dia harus punya foto ini untuk mengancam gadis itu nanti. “Anak tingkat satu. Tetanggaku,” ucapnya kemudian ketika Runa menatapnya heran. Hanya sekedar ‘oh’ dan sang gadis kembali pada kamera.

Tidak latihan?” dia berucap saat Sehun masih sibuk menertawakan beberapa gambar.

“Oh- aku sedang istirahat. Sebentar lagi aku kembali kok,” yang Sehun maksud pasti kembali ke ruang latihan. “Oh ya, kau sudah selesai mengambil gambar di sini?” lanjutnya kemudian. Runa memasang tampang berpikir untuk beberapa sekon sebelum melayangkan jawaban, “Kurasa gambar yang kuambil sudah cukup.”

“Mau mengambil gambarku setelah ini?”

“Tidak.” Sehun sedang ditolak mentah-mentah sekarang.

“Permintaan kedua,” si lelaki tak ingin ditolak, tentu saja. Satu tiupan kencang di udara dan sang gadis berucap malas, “Baiklah.” Paling tidak ia bersyukur Sehun tak meminta permintaan aneh sejenis peluk atau cium. Huh, hanya wawancara satu kali saja ia sudah mendapat beban dua permintaan. Semoga tak ada murid lain yang mengikuti jejak Sehun lagi.

Jadilah kini keduanya berjalan beriringan meninggalkan aula utara. Sedikit aneh melihat mereka tenggelam dalam hening.

“Kenapa diam?” yang ini suara Runa. Sehun hanya melirik sekilas sebelum kembali memperhatikan jalan, “Kau juga diam.”

“Oh Sehun!”

 

Itu… Park Chanyeol?

“Aku duluan saja,” hanya sebaris kata dan Runa langsung melangkahkan kaki pergi, berbeda dengan Sehun yang memilih menoleh pada lelaki yang baru saja menyerukan namanya.

“Loh? Bukannya itu Kwon Runa?” Chanyeol terlihat mengerutkan dahi ketika menangkap sosok Runa berjalan menjauh. Sebagai jawaban Sehun hanya sekedar melontarkan:

“Memang.”

“Sejak kapan kau dekat dengannya?” Sepertinya Chanyeol lupa akan apa yang ingin ia sampaikan sekian saat yang lalu. Tentu Sehun menautkan alis. Merasa jika ada nada tak suka pada ucapan karibnya. “Bukannya kau suka Adara? Tidak masalah ‘kan aku dekat dengannya?” ucapan Sehun segera menyadarkan Chanyeol yang langsung terkekeh pelan.

“Ah, astaga Sehun. Tidak perlu terlalu serius. Aku hanya bertanya,” sedikit jeda dan ia kembali melanjtkan, “Aku hanya ingin bilang Jongin mencarimu tadi. Tapi kurasa kau memang akan menemuinya setelah ini.” Dia mengedik bahu sebelum melangkah pergi, meninggalkan Sehun yang tampak tak peduli kembali merajut langkah. Tak sadar sama sekali jika Chanyeol tengah menautkan alis memasang tampang tak suka.

Kembali ke Sehun dan Runa. Biarkan saja Chanyeol berspekulasi sepuasnya di sudut sana.

“Kenapa langsung pergi? Ada masalah apa dengan Chanyeol?”

Ini yang membuat Runa merutuk dalam hati. Mana bisa ia berkata blak-blakan seperti: “Aku sedang menghindari Chanyeol karena tempo hari dia menggagalkan janjinya dengan alasan mengantar gadis lain dan begitu saja meninggalkanku sendiri.” Dia gila jika berani menjawab seperti itu. Mulutnya masih bisa terkontrol, oke? Jadi yang menjawab hanyalah sebuah gelengan kepala.

“Kau sudah tahu ya tentang Adara?”

Seketika Runa menoleh. Oh, sial. Salahkan kenapa gerak refleknya bekerja secepat ini. Sehun jadi tahu apa yang ia pikirkan sekarang. Lihat? Lelaki itu menggaris senyum tipis.

“Apa kau-” pertanyaan Sehun menggantung. Tentu Runa makin menatapnya penasaran. Dalam hati berharap jika tak ada lagi pertanyaan yang dapat memojokanya setelah ini.

“-benar-benar menyukai Park Chanyeol?”

Sial.

Sungguh sial.

Runa menarik napas dalam.

“Apa Chanyeol benar-benar menyukai Adara?” Pertanyaan dan pertanyaan. Hanya itu yang terdengar sejak tadi.

Sehun mulai jengah dengan ini. Dia beusaha mengembus napas senatural mungkin sedang si gadis kembali angkat bicara, “Jawabanmu berpengaruh pada jawabanku.” Sudut mata Sehun tertarik ke samping. Tepat ke manik coklat milik sang gadis.

Dia meniup udara kasar, menjawab pertanyaan tadi tidak termasuk kategori salah bagi Sehun, oke? “Setahuku dia memang menyukai Adara. Setiap kami berkumpul dia sering menceritakan gadis itu,” entah kenapa ada secuil rasa tak tega dalam nadanya, “Jadi… jawabanmu?”

Runa yang tadinya mengedar pandang sembarang kembali menumbukkan maniknya pada Sehun. Butuh watu sekitar tiga sekon sebelum keberaniannya untuk menjawab datang. Seiring dengan nada bicaranya yang terkesan pelan dan terpaksa, “Jika seperti itu berarti aku hanya sekedar pernah menyukainya.” Senyum yang terlihat oleh Sehun lebih terlihat sebagai goresan putus asa.

“Dan jika jawabanmu seperti itu, apa itu artinya aku bisa benar-benar menyukaimu?”

Hening.

Keduanya sudah menghentikan langkah.

Saling menumbuk pandang.

Walau Runa sudah mengerjap beberapa kali, tapi ia belum juga membuka suara. Sel-sel otaknya masih saja sibuk menerjemahkan berbagai hipotesis yang ada. Berdampak pada ritme degub jantung miliknya. Tak perlu munafik, dia memang gugup. Tapi ayolah, itu wajar ‘kan? Apalagi dengan santainya Sehun –yang berdiri tepat di sampingnya- menepuk-nepuk kepalanya pelan seraya memalingkan wajah ke arah lain. Oh, rupanya tak hanya Runa yang gugup di sini.

Mendadak ponsel Runa bergetar. Entah ada diwaktu yang tepat atau tidak.

 

Yaa! Aku sudah ke aula utara, mencarimu. Kau ini di mana ha? Cepat ke ruang klub.” Seruan Yoongi juga dapat didengar samar oleh Sehun.

“A-aku segera ke sana,” panggilan terputus seiring dengan rangkaian kata yang coba Runa susun untuk berpamitan. Huh, perihal berpamitan saja jadi sesulit ini. “Sepertinya aku-” seakan mengerti dengan apa yang akan si gadis ucapkan, Sehun hanya mengedik bahu, “Baik, sampai bertemu nanti.” Sang lelaki lebih dulu berlalu sembari menggaruk tengkuk tak gatalnya. Membawa serta aura kecanggungan yang perlahan menguap. Tapi tak sepenuhnya menguap tentu saja.

Rasa gugup itu entah kenapa masih saja bergelayut manja dalam benak Runa kendati Yoongi sudah memberikan pelototan menyeramkan karena dibiarkan menunggu terlalu lama. Runa sempat lupa arah menuju ruang klub, omong-omong.

Yaa! Kau ini-”

“AARGH BAGAIMANA INI?” Seruan yang tadi sempat meluncur dari mulut Yoongi seketika berganti dengan erangan putus asa milik Runa yang baru saja sukses menutup pintu ruang klub. Chanwoo sampai hampir menyemprotkan cairan susu yang baru ia hisap.

“Kwon Runa, kau-”

“Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana? Aku harus bagaimana?” Lagi, Runa berhasil membuat Yoongi tutup mulut. Kali ini dengan racauan tak jelas dan langkah bingung kesana kemari. Hanya Minseok yang kelihatan –sedikit- lebih tenang ketika melihat Runa berlagak aneh. Tak seperti Yoongi yang memandang Runa jengah, Chanwoo yang melayangkan tatapan takut, atau Namjoon yang bahkan lupa untuk mengatupkan bibir. Minseok hanya perlu menghitung dalam hati. Karena dihitungan kelima belas gadis itu pasti akan-

“Oh ya, aku sudah mengambil banyak gambar. Beberapa ide untuk artikel terbaru sepertinya sudah muncul. Kuharap kali ini seseorang tidak menghilangkannya lagi nanti ketika aku selesai menulis artikelnya.”

-bertingkah seperti biasa selayaknya tak pernah terjadi apa-apa.

Adalah Chanwoo yang paling takut di sini. Kemungkinan dia yang akan mendapat semburan marah dari Runa yang paling besar di antara semua insan dalam ruangan ini.

“Oke, coba aku lihat,” ucapan Minseok menarik perhatian tiga lelaki lain dalam ruangan. Hanya Minseok yang bisa mengatasi situasi seperti ini tanpa tergagap kaget. Terlebih lagi objek yang membuat ketiga lelaki itu bingung justru berlakon biasa. Selayaknya keadaan biasa. Tak ada apa-apa. Oh, astaga! Apa ada gadis seaneh itu di dunia?

Ada. Itu Kwon Runa.

 


Higher Feeling

That feeling is high and high. Maybe can touch ‘love’.

 


Yang paling mengusik Runa dihari terakhir persiapan festival sebelum ujian adalah tak ada tanda-tanda batang hidung Sehun terlihat. Bukannya rindu, oke? Runa sendiri tak begitu mengerti. Dia ingin tahu apa maksud Sehun yang lebih jelas. Tapi di sisi lain dia tak tahu harus bertingkah bagaimana jika ada si lelaki.

Hari ini ia hanya sekedar mengedar pandang, mengamati para siswa saling bertukar tos. Semua persiapan hampir sudah dilakukan. Jadi artinya mulai besok ia harus siap memikirkan ujian, huh? Yah, mau tak mau memang harus, bukan? Kembali ia mengedar pandang, mencoba mencari satu sosok saja yang ia kenal akrab untuk diajak bercerita. Mungkin Seunghwan masih bersama band-nya, walau Runa kira mereka sudah selesai mana mau gadis ini mendatangi band sekolah itu? Eksistensi Chanyeol ditambah Adara sudah cukup menjelaskan semua.

“Runa!” Oh, untunglah ada Yoongi yang berlari menghampirinya. Tapi, tunggu, seringan menyebalkan itu sepertinya bukan pertanda bagus.

“Kami sedang bermain. Kau harus ikut!” Si lelaki begitu saja menarik Runa menuju segerombol siswa di sudut aula. Sedikit jauh dari keramaian.

Oke, yang dimaksud Yoongi bermain di sini adalah permainan yang amat-sangat Runa hindari selama ini. Truth or Dare. Min Yoongi sialan. Tak tahukah ia jika Runa sangat menghargai apa yang dinamakan dengan privasi? Kenapa lelaki itu seenaknya menarik Runa untuk ikut duduk melingkar sih?

“Aku tidak suka permainan ini!” Desisan Runa mencetak senyum miring diparas Yoongi, “Sekali-kali kau harus mencobanya. Ini seru!” Iya, seru untuk menjatuhkan orang lain! Runa baru akan kembali melayangkan protes ketika suara lain mendominasi, “Kwon Runa, kau berani ikut ini?”

Dan-OH TUHAN, KENAPA SEHUN JUGA IKUT?

“Truth or Dare perdananya.” Ada Seunghwan juga, ah, sialan. Runa mengamati satu persatu lawan mainnya sekarang. Ada sekitar dua belas orang termasuk dirinya. Anak klub dance Sehun, Jongin, dan Junhong –beruntung tak ada Jimin. Anak klub musik hanya Seunghwan. Anak klub vokal Olivia. Anak klub drama Hanbin dan Lian. Klub seni rupa hanya Soojung. Dan klub jurnalis ada Yoongi, Chanwoo, Namjoon, dan tentu saja Runa. Intinya ini seperti perwakilan klub saja.

“Peraturannya simpel. Cukup pilih Truth atau Dare. Dan lakukan jika kau tidak ingin jatah uang sakumu selama sebulan akan habis,” ini peraturan yang Yoongi buat sendiri, omong-omong. Cih. Dasar sok. “Oke, siapa yang akan memutar pertama?”

Dengan semangat membara Seunghwan mengacungkan jari. Bahkan Runa tak yakin gadis itu punya rahasia. Dan botol minum bekas itu mulai berputar seiring dengan rapal doa yang Runa baca dalam hati.

“Nah, Jung Chanwoo! Truth or Dare!” Seunghwan berseru keras. Memaksa Runa dan yang lainnya menatap Chanwoo dengan ganas. Lihat saja wajah gugup tiba-tiba yang Chanwoo perlihatkan, “Eh.. Dare saja.” Oh, rupanya Jung Chanwoo takut akan pertanyaan aneh.

“Jung.” Siapa yang menyangka panggilan itu terlontar dari bibir Runa? Seringan jahil sudah tercetak sangat sukses untuk Chanwoo merepalkan mati-kau-Jung-Chanwoo dalam hati.

“Sepertinya kau harus berfoto dengan gadis di sana,” telunjuk Runa memicu berbagai pasang mata beralih pada sesosok gadis bersurai lurus hitam sepinggang yang sedang berbincang dengan gadis lain. “Waaaah, belum apa-apa Runa sunbaenim sudah mengerikan,” ini ucapan Olivia, omong-omong. Dengan santainya Runa melayangkan telunjuknya ke arah Olivia, “Terima kasih.” Memicu gelak tawa keculai untuk Chanwoo yang sedang menegak liur. Saat lelaki itu beranjak dengan menggenggam ponsel, seketika hening melanda. Menanti seberapa tinggi keberanian seorang Jung Chanwoo yang sedang mencipta langkah di sana. Pada akhirnya setelah sekian saat Chanwoo berhasil kembali dengan wajah sumringah. Usahanya berhasil walau si gadis sedikit kaget, tentu saja.

Ah, tidak seru. Lebih seru lagi jika Chanwoo mendapat semburan dari si gadis.

Putaran kedua dimulai. Runa harap kali ini lebih seru. Memang iya! Selanjutnya tercipta banyak tawa. Ada Yoongi dan Namjoon yang mengcover dance Sistar, Olivia yang mengaku jika ia dekat dengan banyak lelaki, Hanbin yang berpose bak model wanita papan atas, dan Chanwoo –lagi- yang mau-maunya diminta mencium kaus kaki Namjoon oleh Olivia. Hingga ujung botol itu tepat mengarah ke arah Sehun.

“Truth, tentu saja!” Manik Sehun lekat tertuju pada milik Runa. Ups, bukan pertanda bagus. Apalagi jika Yoongi memergokinya seperti ini. Suara lelaki satu tingkat di atas Runa ini membelah ricuh, “Biar aku saja.”

Dia bergantian menatap Sehun dan Runa, “Jadi… sepertinya ada sesuatu antara kau dengan Runa. Ups, apa aku mengatakan hal yang salah?” Yoongi semakin melebarkan senyum ketika Runa bersembunyi di balik lengannya seraya berdesis mengancam, “Aku benar-benar akan marah Min Yoongi!” Lengan Yoongi yang digenggam erat oleh Runa sepertinya akan memerah.

“Oh, kau kenapa hmm?” Tanpa peduli dengan rengekan adik kelasnya, ia tergelak heboh. “Sunbaenim, kumohon,” masa bodoh dengan harga dirinya di depan Yoongi. Yang penting Runa tak menanggung malu berlebih setelah ini. “Oke, oke. Sehun, ini simpel saja. Kau sedang tertarik pada seseorang ‘kan?”

“Iya.”

Runa menyerah untuk membujuk Yoongi. Memilih kembali duduk manis seolah tak terjadi apa pun. Dia sudah pasrah. Lagi pula, belum tentu Sehun benar-benar menyukainya ‘kan? Hey, bahkan lelaki itu hanya bilang apa-aku-bisa-benar-benar-menyukaimu saja. Itu bukan sebuah klarifikasi perasaan menurut Runa. Maksudnya, menurut ego Runa.

“Jadi… siapa itu?” Ingatkan Runa untuk menendang tulang kering Yoongi –si pemilik suara- nanti.

“Loh? Bukannya sudah bertanya tadi? Hanya satu pertanyaan ‘kan?”

Eh?

Haruskah Runa tertawa sekarang?

Mungkin hanya dalam hati. Lihat saja tampang bodoh yang dipasang Yoongi. Rasakan itu!

Tinggalkan beberapa orang berwajah kecewa yang ingin melempari Yoongi dengan kacang sekarang. Lebih baik kembali berfokus pada putaran botol air mineral yang sudah diputar Sehun.

“Kwon Runa!”

Sepertinya saat-saat baik si pemilik nama hanya sekian detik saja, “Dare.” Dia tak ingin mengambil resiko menjawab pertanyaan yang menyangkut privasi. Tak masalah jika ia harus berlari mengelilingi aula sampai sepuluh kali atau berjungkir balik di tengah aula sekarang juga. Lebih terdengar bagus ketimbang menjawab hal pribadi, omong-omong.

Tadinya Runa kira yang akan memberi hukuman adalah Yoongi. Tapi kenapa lelaki itu justru menatap ke arah lain? Loh? Menatap Sehun? Loh? Kenapa Sehun juga menggores sedikit senyum di sana?

“Hukumanmu-” ini suara Sehun. Menggantung seakan memberi celah bagi setiap orang di sana untuk merasa penasaran. Kecuali Runa. Dia bahkan ingin menghilang sekarang juga dari tempat ini. Apalagi sewaktu sorakan menggoda terlontar dari setiap makhluk terkutuk itu berkat sederet kata yang Sehun utarakan.

“-kencan denganku weekend ini.”

Runa tahu, seharusnya dia kabur dari Yoongi sebelum sampai ke titik ini.

.

.

.

-0-

.

.

.

Sabtu pagi sekitar pukul 10 ponsel Runa sudah berdering. Tanda ada pesan masuk. Sang gadis langsung meraih benda kotak berwarna hijau toska itu.

 

From: Oh Sehun

Aku di tempat parkir apartemenmu.

Dengan cekatan Runa mengetik pesan balasan sebelum meraih tasnya dan bergegas keluar apartemen. Jika ia lama, bukan mustahil Sehun akan mengetuk pintu apartemennya nanti. Itu bukan hal bagus mengingat Jiyong sedang bersantai di rumah Sabtu ini. Kakaknya memutuskan beristirahat sebentar di rumah setelah mengecek beberapa hal di bengkel, omong-omong. Sewaktu pamit saja ia hanya berkata akan pergi. Itu bukan sebuah kebohongan, oke?

Sunbae bawa motor? Huh, untung aku pakai jeans,” Runa bersedekap saat sampai di depan Sehun. Dia risih membayangkan bagaimana angin akan menerjang rok-nya jika ia menggunakan dress. Tentu saja bukan perkara bagus.

“Kau harus terbiasa dengan itu,” si lelaki terkekeh sebentar seraya menyodorkan helm yang langsung disambut Runa, “Aku tidak akan ikut Truth or Dare lagi kok.” Dia kapok tentu saja. Belum lagi respon para makhluk terkutuk yang kemarin ikut bermain permainan laknat itu. Jika bukan karena masih sayang pada jatah bulanan uang sakunya, mungkin dia lebih memilih tidur di rumah.

Satu kali lompatan dan Runa sudah sukses duduk di motor Sehun, “Ayo cepat selesaikan ini dan biarkan aku tidur.”

“Baik, nona. Terserah kau saja.” Dan Sehun memacu motornya kencang. Membuat Runa tergelak heboh seraya memegangi tas dan helmnya yang seakan ingin mengikuti terpaan kencang sang angin. Melenceng sedikit dari ekspektasi Sehun yang mengira si gadis akan berseru marah karena kecepatan yang terlalu tinggi. Baiklah, melenceng sepenuhnya. Puas?

Bicara tentang ekspektasi, sepertinya Runa juga punya yang sejenis dengan Sehun. Dia sempat mengira lelaki itu akan membawanya ke taman bermain. Tapi yang terjadi, justru keduanya tengah berjalan santai memasuki sebuah trowongan akuarium raksaksa.

Sudut mata Sehun tertuju pada Runa yang sedang menebar pendangan sedikit takut pada beberapa spesies ikan yang bebas berenang. “Jangan bilang kau takut,” ucapan sangsi Sehun tak membuat si gadis menoleh. Namun jawaban tetap terdengar setelahnya, “Apa kau pernah membayangkan sebelumnya? Bukankah tidak mustahil jika kaca-kaca ini bisa pecah tiba-tiba?”

Untuk sesaat Sehun tertegun. Tak habis pikir dengan segala pemikiran aneh yang baru saja ia dengar. Dia masih menatap raut khawatir gadis itu walau suara si gadis kembali terdengar, “Bagaimana jika gigi-gigi tajam ikan itu membentur kaca? Bisa saja ada retakan di sini ‘kan? Aku tidak bisa berenang, jadi mungkin aku akan mati jika kaca-kaca ini pecah. Dan juga-”

“Hei, hei.” Segera tangan Sehun merangkul pundak Runa dengan imbuhan telapak tangan membekap mulut gadis itu, “Aku tidak tahu kau bisa secerewet ini. Tapi segala yang kau katakan tadi hanya punya kemungkinan sekitar 7% untuk dapat terwujud.” Tangan Runa bergerak cepat menjauhkan telapak tangan Sehun dari mulutnya, “Kemungkinan tetap saja kemungkinan. Tetap bisa terjadi sekalipun hanya 7 %.”

“Oh, begitu. Jadi berapa persen kemungkinan kau menyukaiku?”

DEG!

Seketika degub jantung Runa kembali menyentuh kadar tak normal. Di gugup, sungguh. Gugup sekaligus kesal karena Sehun seenaknya mengubah arah pembicaraan ke topik yang menurut Runa masuk dalam kategori sensitif. Jadi ia memilih menyingkirkan tangan Sehun dan berucap seakan mengejek, “Berhenti melontarkan lelucon, sunbae.”

Runa mengambil langkah lebih jauh ke depan. Membuat tawa Sehun mengudara. Dengan wajah tertekuk yang dibuat-buat untuk menutupi rona samar di pipi, bagaimana bisa Sehun tidak tertawa?

Ya! Ya! Panggil aku Oppa bagaimana?” Si lelaki menyejajarkan langkah seraya mengulas senyum bangga. “Itu penawaran tanpa presentasi kemungkinan, sun-bae-nim,” Runa memutar mata jengah. Geli rasanya jika ia meyematkan embel-embel Oppa pada lelaki macam Sehun.

“Oke. Oke. Sehun saja cukup. Tidak perlu Sunbae, tidak perlu Oppa,” sebuah edikkan bahu dan Sehun kembali mengalungkan lengan di leher sang gadis. Kendati Runa jelas sekali merasa jengah, rangkulan Sehun terlalu kuat. Dia bahkan seperti dicekik sekarang. Lontaran protes bisa saja meluncur indah dari katup bibirnya jika saja sebuah ikan tak menarik perhatiannya, “Oh, fugu!”

Fugu?”

“Ikan buntal. Lihat! Oh, astaga, lucu sekali,” Runa terkekeh sendiri sebagai gambaran rasa kagumnya. Melihat ikan muka bodoh dengan duri beracun berenang-renang di depan mata ternyata mengasyikan. “Tapi tidak menggembung,” Runa mencebik seolah kecewa.

“WOOH!” suara Sehun yang dibuat-buat membuat Runa sedikit terlonjak kaget. “Sedang apa sih? Kau suka mengagetkan orang!” Si gadis membubuhi sebuah pukulan di lengan sang lelaki yang hanya bisa memberi cengenges bodoh, “Mungkin saja ikannya kaget dan menggembung.”

Tentu saja Runa terkekeh dibuatnya, “Bodoh! Mana bisa ikan itu mendengarmu!” Dia memegang perut, masih sambil tertawa pelan. Wajah Sehun sungguh terlihat seperti orang bodoh tadi. Oh, astaga, dia sangat menggelikan.

Di sisi lain, bukannya malu Sehun malah memasang tampang kesal dibuat-buat seraya bercacak pinggang. Tak menyesal dengan aksinya beberapa saat yang lalu terlihat bodoh atau bagaimana.

“Sudah hentikan tawamu. Kita jalan lagi,” Sehun kembali memberi rangkulan yang sungguh membuat Runa seakan tercekik. Lihat saja lipantan siku yang sengaja Sehun eratkan di leher si gadis. Protes dan pukulan Runa sama sekali tak memberi efek berarti. Hanya sebuah kata semacam ‘aduh’ dan Sehun masih tetap dalam posisinya. ‘Mencekik’ gadis itu sembari berjalan menikmati pemandangan bawah air di sekeliling mereka.

“Lihat hiu!” Oke, mungkin maksud Sehun ingin mengalihkan perhatian Runa ke sana. Jangan anggap ia bodoh walau lagaknya terlihat sangat bersemangat hanya karena melihat dua -atau tiga- ekor hiu di sebelah kanan.

“Apa wajah hiu selalu tak ramah seperti itu?” Pertanyaan Runa sontak membuat Sehun terkekeh, “Wajah hiu memang seperti itu. Kalau kau ingin melihat hiu tersenyum ramah lihat saja sebuah film animasi.”

“Oh, lihat, lihat! Ikan Pari! Sangat mirip piring terbang!” Tak memedulikan Sehun yang baru mengantupkan bibir, sang gadis menunjuk salah satu spesies ikan dengan semangat. Walau Sehun rasa perumpamaan yang dilontarkan sedikit aneh, ia maklum saja. Sepertinya ia sudah mulai terbiasa dengan sifat jungkir balik gadis satu ini.

Setelah berkeliling di COEX Aquarium, Sehun membawa Runa menuju ke Seocho-gu tepatnya di Sungai Han untuk melihat Branpo Bridge –jembatan air mancur terpanjang di dunia. Yah, sebenarnya sudah sering sih Runa kemari. Tapi sedikit ada perbedaan karena kini Sehun yang berjalan di sampingnya, bukan Seunghwan –atau sang kakak- seperti biasanya.

“Pelanginya ‘kan hanya terlihat saat langit gelap. Kenapa kita tidak ke sini saat malam saja?” Runa tak memandang Sehun, memilih menebar pandang ke arah berbagai bentuk air mancur di sepanjang jembatan. Si lelaki yang memilih bersedekap hanya menyungging senyum, “Lain kali kita ke sini lagi, saat malam.”

“Sudah kubilang aku tidak akan main Truth or Dare lagi,” sungut Runa. Dia kembali ingat permainan Truth or Dare tempo hari. Tunggu, apa itu artinya dia tak ingat jika kencan hari ini karena permainan yang ia anggap terkutuk itu?

Hah, entahlah.

Bahkan menyebut ini dengan kencan rasa-rasanya terdengar geli. Kencan dengan seorang Oh Sehun? Oh, ayolah, Runa bisa membayangkan jika siapa pun yang melihat ini mungkin mengira dia yang lebih dulu mengajak Sehun berkencan. Yah, hanya sekedar mungkin sih.

“Hei,” ini suara Sehun. Runa tak yakin lelaki itu akan memanggilnya dengan benar sampai kapanpun. Dia tak menjawab, memilih membiarkan Sehun kembali membuka mulut, “Lain kali pasti bukan karena Truth or Dare.” Sehun tersenyum tipis seraya menebar pandang.

“Setelah ini ke Namu Geuneul café, bagaimana?” Ini kali pertama Sehun mengatakan dulu akan berkunjung ke tempat mana.

Fishy footsie? Terapi ikan ya? Itu kan geli,” Runa ingat bagaimana kali pertama ia mengunjungi café itu. Gambaran dia yang terus saja tertawa geli seraya memukul pelan lengan Jiyong terkesan sedikit memalukan. Tapi anehnya kali ini ia tak mencoba mengelak diajak ke sana.

Hingga ia sadar, jika keputusannya mengangguk sekian menit yang lalu adalah salah besar!

Catat, salah besar!

“Menjauh, bodoh! Kubilang ini geli!” Seraya menahan tawa di atas rasa kesal, Runa memukuli Sehun yang dengan jahilnya tergelak heboh. Semua berjalan lancar sejak tadi, jika saja Sehun tak menyadari raut wajah aneh Runa. Tahu jika si gadis kegelian dan ingin segera menjauhkan kaki dari ikan-ikan kecil memakan sel kulit mati, Sehun segera menahan kaki gadis itu dengan tangannya seraya menyeringai puas.

“Lima belas menit saja,” nadanya seperti mengejek. Tapi dia tetap tertawa saat melihat wajah Runa yang berada di antara kesal dan geli.

“Oke, oke, terserah!” Pada akhirnya Runa menghentikan penolakan. Memilih diam dan bersedekap dengan mata tertutup. Dia harus memikirkan hal yang labih indah untuk mengalihkan perhatian dari betapa gelinya ikan-ikan yang berkeliling di sekitar kaki.

Kerutan di kening Runa dapat dengan jelas dilihat Sehun dengan jarak itu. Jarak terdekat mereka sampai detik ini. Menyadarinya, membuat Sehun tersenyum dalam hati. Ya, hanya dalam hati karena ia memilih diam dengan ekspresi datar. Menunggu sampai ketahanan Runa semakin menipis. Namun hingga sekian menit berlanjut, yang terlihat hanya ekspresi kesal Runa yang terkadang berubah menahan senyum–tentu hanya sepersekian detik. Sehun masih memperhatikan paras itu. Dia baru sadar jika bulu mata si gadis dapat dibilang lentik.

Tiba-tiba Sehun mengerjapkan mata. Segera ia menjauh dari Runa. Membuat gadis itu bisa leluasa mengangkat kaki menghindar dari ikan-ikan kecil pemakan sel kulit mati. Baru saja ia akan mengumpat kesal-lagi, maniknya menangkap Sehun yang sedang mengalihkan pandangan ke arah lain.

“Kau kenapa sih?”

“E-eh? T-tidak,” suaranya sedikit tergagap. Semakin membuat Runa bingung karena pertanyaannya tak terjawab dengan sempurna, “Telingamu merah. Memangnya ada apa? Kegelian juga?”

“T-tidak. Aku hanya-ah, sudahlah!” Sehun mengembus napas panjang sebelum kembali bersuara, “Ayo, kuantar kau pulang.” Kembali Runa berkerut heran, “Loh? Aku bahkan belum menghabiskan-”

“Aku bisa membelikan untukmu lagi lain kali.” Sang lelaki sedikit terburu. Mau tak mau Runa menurut saja. Toh Sehun yang membayar ini.

Baru saja keduanya melangkahkan kaki ke luar café, Runa segera menarik pelan lengan Sehun, “Sepertinya kita harus berjalan-jalan di sekitar sini. Sebentar saja.” Rupanya gadis ini sedikit mengakhawatirkan Sehun yang mendadak bertingkah aneh sejak sekian menit yang lalu. Pikirnya, mungkin bersantai sebentar bisa membuat Sehun sedikit lebih baik.

Melihat Sehun yang tak menjawab dan justru memandangnya dalam diam, si gadis memilih lebih dulu mengambil langkah, “Aku anggap itu sebagai ‘oke’ darimu.”

Mereka berjalan dengan jarak Sehun dua langkah di belakang sang gadis. Lelaki ini berkali-kali menggaruk tengkuk tak gatalnya. Ia masih terfokus pada Runa, walau pikirannya mengudara. Tiba-tiba saja ia berjongkok seraya mengacak rambut. Hanya sekian sekon karena ia segera kembali berdiri. Menarik napas panjang dan sedikit berlari menyejajarkan langkah dengan si gadis.

Tepat saat Sehun mengembuskan napas dari paru-parunya, Runa menoleh kaget. Bukan, bukan karena Sehun yang bergerak tiba-tiba menghampirinya seperti itu. Tapi lebih pada genggaman hangat yang tau-tau sudah menyapa tangan kanannya.

Sangat tiba-tiba.

Tapi..

Benar-benar hangat.

“Diam saja. Kita ‘kan sedang kencan.” Pernyataan Sehun berhasil membungkam Runa yang tadinya ingin bertanya. Seharusnya Runa menepis genggaman itu. Ya, seharusnya begitu. Tapi entah apa yang membuat ia justru memandang sang lelaki dengan sudut mata. Mengamati bagaimana telinga lelaki itu setingkat lebih merah dibanding yang tadi.

“Kita-” Sehun sedikit menggantung kalimatnya, bermaksud mencari kembali untaian yang lebih rapi, “Sepertinya kita bisa berjalan-jalan lebih lama di sini.” Dia berdehem satu kali, “Mau Bubble Tea?” Oh, sepertinya Sehun sedang mengalihkan perhatian saja.

Berawal dari sebuah gumaman ‘iya’ mereka kini berjalan dengan Bubble Tea masing-masing. Runa bisa merasakan bagaimana tangannya digenggam erat. Tambahan, sepertinya tangan Sehun-atau justru tangannya sendiri-berkeringat. Ini benar-benar situasi membingungkan. Terlihat sunyi di luar, namun sangat berisik di dalam. Ya, dalam batin keduanya.

Sesekali Runa melirik Sehun. Yang justru akan berakhir dengan sang lelaki yang terbatuk karena tertangkap basah sedang memperhatikan gadis di sampingnya. Ah, sungguh lucu mengingat bagaimana interaksi mereka sebelum ini.

“Oh! Runa? Sehun?”

Serentak keduanya menoleh kesumber suara.

Asataga! Park Chanyeol?!

.

.

.

.

tbc

Hai, aku balik lagi haha

Maaf ya agak sedikit lama… Sebagai gantinya aku kasih part paling panjang di antara yang lain. Dan lagi, INI PART FAVO-KU (selain ending yang gak tau kapan munculnya wkwk) Omaygat kapan lagi bisa liat Abang kencan kek gini haha Pokoknya aku suka moment SeNa di sini…

Btw chap depan aku password loh :3 Sebelum minta password, sebaiknya komen di chap sebelumnya ya… Bukannya gimana-gimana, aku suka banget baca komen-komen kalian yang bikin aku jempalitan.. Serius deh..

Bisa dateng ke sini

Jangan lupa sebutin ID yang biasa kamu pakai buat komen, biar aku bisa cek langsung.

Berhubung aku masih pelajar dan bener-bener lagi fokus buat ujian jadi maaf kalau respon agak lama. Password bisa didapat cuma kalau udah komen paling gak 5 dari 6 chap (termasuk prolog). Selain itu maaf aku nggak bisa kasih pw-nya. Aku cuma mau adil, jadi maaf (lagi) kalok misal ini memberatkan. Dan kalian bisa minta pw mulai sekarang, biar besok waktu chap 6 rilis nggak perlu repot.

.nida

63 pemikiran pada “[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [05]

  1. MABOK. :””
    .
    .
    .
    .
    OH YA AMPUN, (MASIH MABOK)

    AAAAAK, BARU SEMPET BACA DAN MABOK.
    EW. AKU PUAS BANGET. BAHAGIA HATI PUTRI. CHANYEOL DATANG DI SAAT YANG TEPAT. YESS.

    (MASIH MABOK)
    Ini part yang bikin aku mabok abis. GILAAAAAK.
    Paman Sehun ketahuan Alessa kek gitu nanti jadi bahan bully loh. Nanti Alessa demam sama diare kalo tau paman Sehun genit gak kepalang. Duh. XD

    Ampun deh. Aku gak tau harus komen apa :””
    Tapi emang ada beberapa typo yang sedikit bikin puyeng. Tumbenan. Biasanya tulisan kamu bebas typo 😀

    Aku mau ikutan lempar angkot ke Yoongi. Cakep cakep boon minta dicium.
    Terus… aku benci kalimat2 Sehun yang kepedean. seolah mereka bakal berujung pacaran. Meski emang bisa jadi ujungnya kesana. Tapi aku benci. AAAAK. XD
    Udahan ah.
    Oiya. Titip salam dari ponakannya Sehun nih. Pulangnya beliin eskrim 7rasa :””

    Keep write syg :*
    Semangat buat sekolah dan persiapan ujiannya!
    Ditunggu next chap yaaw ♥♥♥

    Disukai oleh 1 orang

    • APALAGI AKU YANG NULIS KAK BAYANGIN MABOKNYA KEK APA!! BAYANGIN TIAP AKU BAYANGIN BAWAANNYA MIMISAN HAHA INI BENER-BENER PART FAVO HAHA BIKIN MABOK HAHA
      hahaha mungkin karna aku juga puyeng kak ngeditnya wkwk entahlah, aku sedang lelah mungkin wkwk
      LEMPAR AJA KAK LEMPAR!!*sodorin angkot*
      HALAH BILANG AJA PINGIN DIGOMBALIN KYUNG KEK GITU/dor!
      iya, iya, sampe rumah bayar, gak gratis tauk :3 jangan gopek loh, emoh sehun kalok dikasih gopek
      iya qaqaq ❤
      iya daku semangat kok :'') *tancap bendera di kebon sambil pakek hasduk di kepala*
      dan btw… KAK UDAH PUBLISH TAUK YG LANJUTANNYA tapi aku pw wkwk line yaw :3

      Disukai oleh 1 orang

  2. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Coffee Hee

  3. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Oh Sehun Fanfiction Indonesia

  4. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | EXO FanFiction Indonesia

  5. HUAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAH *ketawa ketawa sendiri sampe kram perut*
    Ya ampun kebayang absurdnya kencan Sehun ama Runa. Harus makasih ke yoongi nih coba gk ada yoongi mereka gk bakal kencan deh wkwkwkwk. Duh gk tau mau ngomong apa lagi jadinya. Ya sudahlah bye bye kak~

    Suka

  6. Ping balik: [Behind the Scenes Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [7/END] | Coffee Hee

  7. Omg gakuat ishhh sehun kencan sama runa walaupun kencan maksa gara2 tod.. wkwk
    suka bgt ih runa-sehun moment, sehunnya ngeselin gt tengill..

    Suka

  8. untung runa main t o d jadi bisa kencan sama sehun hehehe. btw sehun agak yadong juga yha. ohiya aku nunggu2 sehun to the point bilang suka ke runa ()

    Suka

  9. Aaaaa,,, gak ngerti lagi gimana mau komen. Sumpahhh demi apa, gemessss bgt. Ini chapter bikin jungkir balik banget pas bacanya. Makin suka am karakter runa. Bikin ngkak kocakkk sumpahh. Wajah bodohnya sehun kayak gimana ciba? Ampe gak bisa bayangin. Ekspresi dia kan kalo gak senyum unyu2, muka datar, ato gak derp face dia yg plg terkenal. Aduuhh baper deh bcanya. Sweet momen bgt. SeNa couple bakal nambah couple2 favorit kyknya. Hahaha. Nagiihhh nih alurnya. Sukakkk bgt. Logis. Soalnya kdg suka nemu ff yg kurang logis. Jd gimanaaa gitu. Makasiii authoorrr 😊. Udh bikin ngakak tengah mlm menjelang pagi begini. Hahaha

    Suka

    • ini chapter kesukaan xD karna mereka kecncan :3
      sehun emang banyak2nya pakek ekspresi derp haha
      ayeeeeeeee penggemar SeNa bertambah xD weeh iyakah? aku terharu hehe makasih yaaak xD
      makasih buat kamu juga yang mau rela baca ini xD laaf laff ❤

      Suka

  10. “Sejak kapan kau dekat dengannya?” Sepertinya Chanyeol lupa akan apa yang ingin ia sampaikan sekian saat yang lalu. Tentu Sehun menautkan alis. Merasa jika ada nada tak suka pada ucapan karibnya. “Bukannya kau suka Adara? Tidak masalah ‘kan aku dekat dengannya?” ucapan Sehun segera menyadarkan Chanyeol yang langsung terkekeh pelan.

    INI TEGANG INI PASTI TEGANG BANGET SUASANANYA WOOOHHHOOOOOO
    SEHUN SAMA CHANYEOL RIVAL RIVAL AN WOOOHHHOOOOOO
    NOONA DUKUNG THEHUN!!
    AYO THEHUN REBUT RUNA DARI CHANYEOL!!!!

    “Oh, begitu. Jadi berapa persen kemungkinan kau menyukaiku?”

    AAAHHH THEHHUUUNNNN AAAAKKKKHHHHHH..

    KUMAO LANJUT TAPI INI UDAH JAM PULANG KERJAAA..
    DAN MO ADA PERTEMUAN KANTOR DI RESTORAAANN..
    BETE DEEEHHH..
    NTI MALEM KUBACA AAAAHHH~

    Suka

  11. kak,, maafkan dakuh yang baru bisa nongol lagi disiniii T_T
    salahkan tugas dan ujian menumpuk yang baru saja kelar ini T_T #abaikan
    masih inget aku?? 😀
    ASTAGA MEREKA MAIN TOD!! ASTAGA RUNA KENCAN DENGAN THEHUN!! ASTAGA MEREKA KETAHUAN PARK CHANYEOL ASTAGAAAAHH!!!
    yaampun bagian runa dan sehun kencan itu sukses bikin aku senyum-senyum geli sendiri kayak orang gak waras astagaaaahhh… >_<
    “Oh, begitu. Jadi berapa persen kemungkinan kau menyukaiku?”
    BAYANGIN EKSPRESINYA THEHUN DISITU RASANYA KEK PENGEN BUNGKUS TERUS BAWA PULANG #eh
    aduh kak, maafkan diriku ini yang baru nongol langsung ngerusuh wkwkwkwk XD

    Suka

    • hoho gak papa alya… ff ini gak tak hapus kok wkwk
      hehe ciye yang udah liburan xD
      masih inget, yang waktu itu jualan gorengan depan sekolah kan/plak gak ding.. masih inget kooooook masih…
      hahaha aku ngakak liat kamu kepslok wakaka
      aku aja yang ngetik sampe berbusa pas mereka kencan al/gak
      ITU KALIMAT PALING FAVO KALOK KAMU TAU AL XD XD
      aku suka yang rusuh rusuh! pertahankan rusuhmu al! ❤ ❤

      Suka

  12. HAHAHAHAHA PUAAAAAAS BANGET CHAPTER INIII… RUNA HARUS BERTERIMAKASIH KARNA PERMAINA T.O.D DAN JUGA SAMA MAS YUNGI 😂😂😂
    Kkkk yaampun itu kencannya bener2 kocak/? apalagi pas yg si Sehun nyoba ngagetin ika fugu biar menggembung 😂😂😂 /tetiba perut kram gegara baca scene itu 😂/
    wawawaaaaa hamdalah Chanyeol datang di saat yang tepat 👏👏👏👏
    ayo Hun jangan biarkan Runa kepincut lagi sama Chanyeol 😂😂
    Nid, aku udh minta pwnya lewat twitter yaa… twitter aku @ikhsan291 //takut lupa 😂😂//
    keep writing, Nid! 😊😊😊💋💋💋💋💜💜💜💜💜💖💖💖💞💞💞❤❤❤

    Suka

  13. “-kencan denganku weekend ini” AAAAAAAAAA SUMPAH PENGEN TERIAK PAS BAGIAN INI AAAAAAAAA
    Allahu akbar sehun , ya allah hun, kok ngegemesin bgt hun.. 😍
    Kencan nya runa sehun lucu ya ngegemesin gitu,, impian bgt kencan kek begitu haha *plak*
    Eaaakkk ketemu ceye eakkk, jangan2 ceye nya ngepas kencan ama si andara -bener gak sih namanya- lagi wkwk, *sotoy*

    Suka

  14. Ini juga chap favorit aku haha XD
    Aku suka banget caranya sehun like real a man dah ah- Ga agresif, pelan tapi pasti gitu nah ah lumer… Aku suka banget ff ini asli.. oya btw di part akhir canyol sendri ato sama adara ? Hm

    Suka

  15. Beneran deh gak kebayang banget kalo liat orang kayak runa, keanehannya hanya terjadi 15 detik dan setelah itu taraa balik seperti semula dan nggak kayak terjadi apa apa
    Wkwk sehun pasti frustasi banget tuh pas mau pegangan sama runa
    Secara dia sampe ngacak tambut plus jongkok gitu

    Suka

  16. gue udah tua, tapi entah kenapa ff ini bikin gue mikir keras lagi. yaaammpuunnn bagus banget! good job buat authornya 👍👍👍 suka suka
    sehunaaah, jangan malu” atuh. ntar keburu chan yg ngambil

    Suka

  17. woohh sehun sweeeett >,< ga kebayang dehh gimana kalo gue jadi runa hahaha. kerenbanget kerennn. runanya suka lucu ihhh. si sehun juga malu malu tapi mau gituuu. wkwk. aihh gasabar sama next chap nyaa. maaf yaa sbeelumnya aku baru nyasar di wp kamuu. belom baca dari yg chap 1 sii. tapi bakalan dibaca deh pastii. semoga kamu cepetcepet ngsih pw ke aku nya yaaaa. makasih 😀

    Suka

  18. Beneran, emg nih part paporit bgt.. Ugh, melting tau ><
    mereka masih malu-malu. Tapi liat nanti kalo udah jadi, pasti kelakuannya malu-maluin. Apalagi sehun nya.
    Aku pengen liat chanyeol merasa teraduk2 hatinya atau apalah yang bikin dia menyesal udah buat runa nangis. Yah meskipun dia gak tau udah buat anak orang nangis dipojokan. Fix, apapun itu terserah nida aja mau bikin mereka kayak gimana.. Semangat yah!

    Suka

  19. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love | Coffee Hee

  20. Sehun bodo banget eh. Neriakin ikan fugu biar kaget trus menggembung. 😂😂😂😂😂😂😂 hahahahaha..parah
    Cieeee..ketauan ceye lagi kencan bareng sehun.. Uuuu 😄😄😄

    Suka

Give Me Your Feedback Guys~