[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [02]

sh2

-[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love-

OC’s Runa / Oh Sehun / Park Chanyeol

Son Seunghwan / Min Yoongi / Jung Chanwoo / Kim Namjoon / Other

Chapter / AU / lilbit Comedy / lilbit Fluff / lilbit Hurt / School Life / Romance / T

a present by l18hee (@l18hee)

I own the plot and OC

Credit Poster: Aqueera @HospitalArtDesgin

-RnR Please-

Festival tiga tahun sekali punya kisah sendiri di balik prosesnya

Salah satunya kisah si anggota klub jurnalis, Kwon Runa

 

Prologue | 01

 

Gadis itu terus mengulang dalam hati sepenggal kalimat yang baru ia dengar.

…hanya meminta mengambil gambar klub dance…

…hanya mengambil gambar klub dance…

… hanya gambar klub dance…

Hanya klub dance?

 

Oh, sial!

 

 


-Part 02

 

I’m a Little Genie

 

She’s became a Little Genie cause a pict, a panic, or… a fate?

 


Sial! Jika lelaki banyak omong seperti Yoongi atau Namjoon menangkap basah Runa mengambil banyak gambar Chanyeol, semuanya bisa kacau!

Tanpa berucap sepatah kata pun, Runa segera beranjak dan berlari pergi meninggalkan Chanwoo yang meneriakan namanya bingung. Masa bodoh dengan bocah itu. Yang terpenting sekarang adalah ia harus memindah atau melakukan sesuatu pada foto-foto Chanyeol sebelum makhluk seperti Yoongi dan sejenisnya datang.

Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia menepuk dahi pelan. Oh, betapa bodohnya! Untuk apa berlari sementara dia bisa duduk menjernihkan pikiran untuk mencari ide cemerlang?

Seperti tadi, ia begitu saja duduk di lantai dengan punggung bersandar pada dinding. Mulai berpikir seraya menenangkan diri.

Anggota klub akan mengecek gambarnya. Jadi, yang perlu ia lakukan hanya mengenyahkan foto selain dari anggota klub dance. Hanya ada dua pilihan yang ia tangkap. Menghapus atau memindahkan foto itu. Kata menghapus sepertinya terlalu merugikan. Oh, ayolah, dia baru saja mengambil beberapa gambar bagus. Dan lagi… Chanyeol objeknya. Dia akan menyesal sepanjang sisa hidup jika foto Chan- tidak, maksudnya foto-foto lain selain dari klub dance dihapus begitu saja.

Oke, sekarang yang perlu ia lakukan hanya mencari sebuah laptop dan flash disk. Untuk flash disk sudah ada. Tapi laptop? Siapa yang membawa laptop saat berlatih? Mana ada yang-

Tunggu sebentar.

Menyadari sesuatu, gadis ini langsung beranjak kemudian melangkahkan kaki cepat. Bersyukur karena sifat pelupanya tidak muncul. Dia baru berhenti melangkah saat Sehun sudah tepat berada di depannya memasang wajah bingung. Bingung ketika melihat Runa berjalan cepat menghampirinya dengan wajah memelas.

Sunbaenim, pinjamkan aku laptopmu.”

Biasanya di saat seperti ini para siswa tingkat atas akan memanfaatkannya dengan menjahili sang adik kelas.

“Kumohon sunbae, aku sedang membutuhkannya.”

Dan jelas sekali kali ini Runa korbannya. Lihat saja seringan jahil yang mulai tergambar di wajah Sehun.

“Ambil saja di ransel itu,” dia menunjuk ransel putih di dekat dinding. “Tapi tidak gratis ya,” lanjutan sang lelaki membuat Runa sedikit curiga. Namun saat ponsel gadis itu bergetar dengan nama Yoongi tertera, dengan cepat si gadis mengangguk. Tidak ada pilihan lain. Sudahlah, mungkin Sehun hanya akan memintanya membelikan sesuatu. Semoga saja jatah uang sakunya masih cukup.

Panggilan dari Yoongi tentu tak ia acuhkan. Bisa mati dia jika Yoongi meminta hasil gambar sekarang juga. Ia mulai fokus pada laptop yang sudah dipangkuannya. Memori sudah terbaca, hanya tinggal memindahkannya ke flash disk dan…

Tadaaaa!

Semua salinan foto sudah tersimpan manis di flash disk. Foto anggota band di memori kamera sudah dihapus. Ah, sungguh sempurna.

“Sudah?” suara Sehun yang sudah berjongkok di depannya tentu membuat Runa kaget. Untunglah Runa sudah membereskan semuanya jadi ia bisa mengangguk dengan tenang.

“Kalau begitu kau siap membayar ‘kan?” lelaki itu mengangkat satu alisnya. Sungguh jika Runa adalah fans Sehun, ia akan berteriak tak jelas sekarang. Dia akui jika lelaki ini memang tampan. Pantas saja banyak gadis sering memandanginya tanpa permisi. Gerombolan senior keren semacam Chanyeol memang punya kesan tersendiri. Oh, bukan berarti Runa tertarik pada semua senior keren oke? Keculai pada Chanyeol, tentu.

“Hei,” Sehun meniup wajah Runa hingga gadis itu tersadar. “Eh, i-iya,” sahutnya cepat. Untung saja wajahnya tidak merona.

“Sehun, suruh dia menciummu!” Jongin tergelak di sisi lain ruangan. Glek! Runa segera menelan saliva cepat. Apalagi Sehun terlihat memikirkan usul sang karib. Ya Tuhan, jangan sampai Sehun benar-benar setuju pada-

“Tedengar bagus. Tapi mungkin akan lebih impas jika aku meminta tiga permintaan pada jin lampu ini,” Sehun memegang dagunya, membiarkan Jongin bersorak keras lalu tertawa. Untuk melindungi harga dirinya, segera Runa menyahut tegas, “Cuma boleh dua permintaan. Tapi tidak boleh peluk, cium atau sejenis itu!”

Ini kali kedua Runa melihat Sehun tergelak. Namun kali ini dengan jarak lebih dekat. Tangan sang lelaki terulur menepuk pelan pucuk kepala gadis di depannya, “Oke, aku pegang itu nona. Sampai jumpa besok.”

Dan ucapan itu terus saja terngiang dibenak Runa. Walau hari Sabtu sudah berakhir, berganti dengan Minggu penuh istirahat. Lebih tepatnya istirahat akibat flu yang melanda tiba-tiba. Mungkin dia bekerja terlalu keras beberapa minggu ini. Hey, wajar saja, festival sebentar lagi datang. Di saat seperti ini dia sangat menyayangkan betapa para siswa sekolahnya tidak begitu tertarik dengan kegiatan jurnalis. Para siswa lebih suka pada klub populer. Seperti klub basket, klub cheerleader, atau klub golf misalnya.

Pintu kamarnya baru saja tertutup. Rupa-rupanya sang kakak baru saja mengantar obat. Suara bersin terdengar dari arah Runa yang segera beranjak dari tidur untuk meraih tisu. Hal yang paling ia benci saat flu adalah lendir menjijikkan yang menyumbat hidungnya dan terkadang menyeruak keluar saat ia bersin. Oh, sungguh demi apa, itu amat-sangat menganggu!

Benda kotak pipih berwarna hijau toska di atas nakas tiba-tiba berdering keras. Dengan perasaan malas sepehunya, ia menerima panggilan mengganggu itu.

 

“Katakan!! Kau ada masalah dengan Oh Sehun???” seruan tertahan yang dapat dipastikan milik Seunghwan segera membuat Runa menggosok telinga yang ia rasa langsung berdengung.

“Hei! Tidak perlu berteriak. Dan sebaiknya katakan dengan jelas agar aku tidak bingung!” gadis itu kembali meraih tisu untuk menggosok hidung merahnya.

 

“Tadi Sehun sunbaenim mencarimu. Dia bilang ingin menagih hutang. Kau berhutang padanya?” kali ini Seunghwan sudah tidak berteriak lagi. Baguslah, gendang telinga Runa bisa selamat sekarang.

“Oh, itu,” si gadis hidung merah memberi jeda beberapa sekon untuk membuang tisu di keranjang sampah kecil yang sudah Yuri –kakak perempuannya- siapkan di samping ranjang, “Hanya hutang biasa. Besok aku ceritakan di sekolah. Aku sedang tak bisa berucap banyak sekarang, lendir dihidungku sungguh menganggu!”

 

“Eww, kau tidak perlu me-” suara Seunghwan terganti dengan suara berisik. Seperti ada yang merebut ponsel gadis itu. Benar saja, sepersekian detik kemudian yang terdengar adalah suara seorang lelaki, “Kau tidak bermaksud kabur ‘kan nona? Aku menunggumu membayar hutang.”

Pasti Oh Sehun.

Runa menarik napas panjang, “Iya, kalau aku kabur memangnya kenapa? Kembalikan ponsel Seunghwan dan jangan ganggu aku hari ini! Besok kita bertemu di sekolah.” Dan sambungan ia putus sepihak. Dasar! Kepalanya semakin pening saja. Lebih baik dia tidur sekarang.

Sisa hari Runa habiskan untuk beristirahat. Hingga keesokan harinya ia mempunyai tenaga untuk berangkat ke sekolah. Jika saja persiapan festival tidak mengikis waktu belajarnya di rumah, ia lebih memilih menghabiskan satu hari lagi untuk tidur di rumah dari pada mengikuti pelajaran di sekolah.

Sebuah masker menutupi hidung dan mulutnya. Ia tak lupa membawa tisu untuk berjaga-jaga walaupun lendir di hidungnya tak sebanyak kemarin. Surai coklat kehitaman dengan panjang beberapa centi di bawah bahu miliknya tergerai sempurna. Kendati kepalanya masih sedikit pening, ia terus saja melangkah menyusuri koridor sekolah. Di bis tadi ia sudah beristirahat sebentar, jadi tenaganya lumayan meningkat dari sebelumnya.

Seperti biasa, beberapa lelaki terlihat bergurau di depan pintu kelas 2-4. Selain untuk berkumpul dengan siswa kelas lain, tentu saja untuk tebar pesona. Runa paling tidak suka jika harus melewati gerombolan itu sebelum masuk kelas.

“Wooo Kwon Runa, kemana saja kau kemarin? Aku bahkan belum melihat hasil potretku Sabtu lalu,” Jimin menghadang gadis itu yang langsung memincingkan mata kesal. “Kau terlihat jelek seperti biasa,” si gadis begitu saja mendorong Jimin untuk mendapat celah masuk ke kelas, meninggalkan segerombolan lelaki yang kini tergelak keras.

“Hei, hei, hei, lihat siapa yang sedang flu?” sepertinya sapaan selamat pagi sudah berganti. “Jangan mengejek, Hwan. Aku bahkan tak bisa bernapas lancar dari kemarin,” Runa menghempaskan pantat di kursi miliknya, meletakkan pipi di atas meja. Langsung saja Seunghwan melakukan hal yang sama hingga mereka kini bertatapan, “Kenapa tidak istirahat di rumah?”

“Aku juga tidak tahu kenapa aku harus sekolah hari ini,” terkadang Runa lupa alasannya melakukan suatu hal. Dan Seunghwan sudah terbiasa akan itu. Jadi ia hanya mengangguk malas sebelum tiba-tiba matanya berkilat semangat, “Ada berita!” ia berbisik pelan. Tanpa menunggu Runa susah payah bertanya ‘apa’, dia segera melanjutkan, “Kau tahu, Chanyeol sunbae bertanya tentangmu kemarin.” Seketika pancaran semangat juga muncul dari mata Runa, “Lalu? Lalu?”

“Saat aku bilang kau sedang kena flu, dia bilang-” Seunghwan berdehem pelan sebelum menirukan suara berat Chanyeol, “Titip salamku untuknya. Dan juga katakan padanya semoga cepat sembuh.”

Sebenarnya Runa tak ingin kembali tenggelam dalam euphoria-nya tentang Chanyeol. Tapi rona merah di pipinya begitu saja muncul bersamaan dengan ia yang sebisa mungkin menahan senyum lebar. Perutnya seakan-akan kemasukan sesuatu seperti kupu-kupu. Sayang, Seunghwan begitu saja menghancurkan kebahagiaan sesaatnya dengan berucap, “Tapi asal kau tahu saja. Chanyeol sunbae selalu mengatakan itu pada siapapun. Dan tambahan, baik laki-laki maupun perempuan.”

Seunghwan sialan. Tak bisakah ia melihat betapa kecewanya Runa sekarang? Oh, tapi nyatanya Seunghwan tidak salah. Chanyeol juga tidak. Runa saja yang terlalu berharap tinggi akan hal itu. Sebagai seseorang yang pernah hinggap di hati gadis ini, segala hal tentang Chanyeol tentu masih membuat sensasi tersendiri.

“Kau ‘kan sudah move on. Jangan kecewa begitu,” Seunghwan menaik turunkan alis beberapa kali memasang senyum membujuk, “Sekarang ceritakan padaku tentang hutangmu pada Sehun sunbaenim!” Dia terlampau bersemangat.

Sebenarnya Runa sedikit malas. Tapi, yah, apa boleh buat. Dia sudah berjanji kemarin. Untuk menghemat rentetan kata yang pastinya sangat panjang, ia sudah mempersiapkan jawaban sebelum ini, “Aku meminjam laptopnya untuk mengecek beberapa foto dan dia meminta imbalan. Hanya itu.”

“Oh, aku kira kau hutang kencan atau apa karena lelaki itu menyukaimu,” sepertinya Seunghwan terlalu banyak menonton opera sabun. Segera saja Runa menjawab malas, “Memangnya karena dia menanyakan kabarku berarti sudah pasti dia menyukaiku?” ucapan bernada sarkastik ini langsung ditangkap Seunghwan.

“Benar juga, buktinya Park Chanyeol tidak menyukaimu,” dia ini sahabat atau apa? Wajah Runa yang sebagian tertutup masker langsung berubah kecut, “Terima kasih atas kejelasannya!” Nadanya yang terdengar sinis segera membuat Seunghwan tergelak seraya meminta maaf. Dan suara bel pun membelah percakapan mereka.

Berkat suaranya yang berubah aneh akibat hidung tersumbat, Runa tak bisa ikut siaran di istirahat makan siang. Jadilah dia terduduk manis di area kafetaria ditemani nampan makan siangnya. Menunggu Seunghwan yang sedang memiliki nafsu makan tinggi mengambil makanan tambahan. Saat ia baru meletakkan sumpit, meninggalkan sisa makanan-karena ia sedang tak berselera, sebuah nampan mendarat di sampingnya. Bukan Seunghwan. Anehnya itu Adara-gadis anggota band yang sama dengan Seunghwan. Ada juga Yixing yang langsung duduk di hadapan Adara. Dan yang paling membuat Runa ingin berseru histeris adalah Chanyeol yang mengambil tempat duduk di depannya.

Ada apa ini? Kenapa para anggota band berkumpul di sini?

Runa tak sempat bertanya karena kedatangan Seunghwan dengan kudapan ringan menjelaskan semua, “Runa, boleh kami berdiskusi tenatang band di sini?” Perlahan Runa menganggukkan kepala sebelum memasang kembali masker ke wajahnya. Melihat hal itu, Chanyeol langsung membuka suara, “Kau belum sembuh benar. Kenapa tidak istirahat saja di rumah?”

Seandainya ia tidak ingat saat Seunghwan berkata Chanyeol adalah tipe lelaki yang perhatian pada semua orang, pasti Runa sekarang sudah tersenyum girang. Bukan memasang senyum seadanya-yang jelas tak terlihat berkat masker-seperti ini, “Aku bisa tertinggal jika mengambil absen.” Ia meminum susu kotaknya menggunakan sedotan yang diselipkan lewat celah bawah masker. Terlihat lucu… dan aneh.

Suara Chanyeol kembali terdengar, tapi kali ini bukan untuk Runa melainkan untuk Adara, “Makan yang banyak. Kalau kau juga terkena flu, kami yang akan repot,” lelaki itu meletakkan jatah susu kotaknya di hadapan Adara. Serta merta membuat Runa mengalihkan pandangan.

“Hei, ini bukan waktunya merayu gadis, Park Chanyeol. Kau bilang ingin mendiskusikan sesuatu,” Yixing mengunyah makanannya santai sementara Chanyeol hanya terkekeh pelan, sedikit terlihat salah tingkah. Hanya Seunghwan yang tahu bagaimana posisi Runa di sini. Ia melirik karibnya yang sedang menatap ke layar ponsel.

“Err, omong-omong Minseok sunbae baru saja mengirim sebuah pesan padaku. Aku harus segera ke ruang klub,” tiba-tiba saja Runa beranjak dan membungkuk seadanya. “Sampai jumpa,” dan ia mengayun langkah pergi. Menyisakan Chanyeol yang melambaikan tangan dan juga Seunghwan yang menatapnya khawatir. Jelas saja Runa bohong, Seunghwan bahkan tahu jika layar ponsel karibnya mati sejak tadi.

Iya, kenyataannya memang gadis bermarga Kwon ini sedang berbohong agar bisa menjauh dari Chanyeol. Kecuali perkataan tentang dia yang akan ke ruang klub, itu memang niatnya tadi, menimbang tak ada tempat menyenangkan lain untuk bersantai.

Namun ketika langkahnya hanya tinggal sekitar 5 meter sebelum sampai di depan pintu ruang klub, suara-suara lelaki berisik sudah terdengar. Ah, sedang selingan lagu rupanya. Pantas saja mereka ramai bercanda.

“Masih flu?”

Runa terlonjak seraya memegang dada ketika ia menyadari Sehun sudah berada tepat di sampingnya. “Kenapa muncul tiba-tiba?” oke, dia tak menjawab pertanyaan dengan benar. Namun Sehun hanya menyembunyikan tangan di saku celananya, memasang ekspresi datar, “Kau saja yang tidak peka dengan kedatanganku.” Lelaki itu menatap gadis yang kini berhadapan dengannya, “Aku mau menagih hutang.”

Helaan napas panjang Runa ciptakan, “Pulang sekolah saja. Kurasa waktu istirahat tak lama lagi.” Terlihat Sehun memasang wajah berpikirnya, “Baiklah aku setuju,” dan setelah bibirnya terkantup, sang gadis kembali melangkah. Membuat si lelaki segera menghadangnya dengan wajah bingung, “Kau mau pergi?”

“Bukankah kau baru saja setuju jika aku akan membayar hutang sepulang sekolah?” ucapan Runa membuat Sehun terdiam. Benar juga. Kenapa Sehun harus bingung seperti ini?

Runa baru akan melangkahkan kaki kembali saat Sehun menahan lengannya untuk yang kedua kali, “Ada yang ingin aku tanyakan. Ini serius.” Oh, apa ini? Kenapa Sehun tiba-tiba berubah serius? Semoga saja itu bukan akal-akalan Sehun untuk menjahili Runa.

“Apa kau tak ingin memakai insole untuk menambah tinggimu?”

Sungguh demi apapun, lelaki ini benar-benar mengesalkan!

“Ya!! Kau ini sungguh-” seruan Runa terhenti seketika. Dia hampir lupa jika pening masih hinggap di kepala. Jadi ia lebih memilih menahan emosi dengan diam agar pening itu tak menjadi, “Ah, sudahlah.” Tangan Sehun yang masih melingkari lengannya membuat Runa tak bisa melangkah lebih jauh.

“Maaf, maaf, aku bercanda. Sebenarnya bukan itu yang ingin aku tanyakan.”

“Nanti saja,” Runa menggelengkan kepala. Menolak meladeni Sehun yang justru memasang ekspresi khawatir, “Kau masih sakit?” Kembali sang gadis menggeleng. Masih mencoba mengenyahkan tangan lelaki di sampingnya.

Entah apa yang Sehun pikirkan hingga ia begitu saja menarik pelan gadis itu menuju ruang klub. Saat pintu terbuka, seluruh pasang mata langsung memandang keduanya heran –dan sedikit terkejut.

“Maaf, tapi-” Sehun memapah Runa ke satu-satunya sofa di ruangan, “-sepertinya dia masih sakit.”

.

.

.

.

.

tbc

73 pemikiran pada “[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [02]

  1. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [03] | Coffee Hee

  2. NIDA…
    UDAH TBC AJA. MAAPKEUN AKU BARU BACA. WKWK
    duh, emang deh. fic ini ngalir gitu aja.
    ringan, tapi dapet 😉
    bikin kangen sekolaaaah :””
    well, dan aku benci cowok macem Yeol (titik) *baper XD
    udah ah, lama-lama makin gaje aja nih komen.
    next yoo~

    Disukai oleh 1 orang

  3. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [04] | Coffee Hee

  4. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [05] | Coffee Hee

  5. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Coffee Hee

  6. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Oh Sehun Fanfiction Indonesia

  7. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | EXO FanFiction Indonesia

  8. Cieee,, benih benih cinta mulai tumbuh,, hohoho. Sehun beraksi. Dimana2 karkter hun gak pernah berubah. Dingin. Datar. Gk punya ekspresi. Haha. Kasian si abang. Tetep deh biar gitu yg bikin cerita nya seruuuuu 😆

    Suka

  9. ahh nyesek banget waktu di kantin runa ketemu chanyeol dan adara.
    chanyeol peka dikit napaa?? -___-
    seunghwan juga tega banget sama runa buat bikiin nge-jleb
    tapi suka sama moment-nya sehun-runa di bagian terakhir >_<

    Suka

    • itu antara kebetulan sama takdir…
      gak ada yang tau perasaan chan gimana :”’
      itu seunghwan gak sengaja aslinya wkwk dia mah sayang sama runa hehe
      haha momen SeNa kadang emang bikin greget kkkkk~

      Suka

  10. Reader baru nih kak, dan langsung interested sama plot ceritanya hahha. Manis ya. Kek le minerale lol xD entah knapa pas baca ini yg muncul dipikiran gw adalah setting smp gw. Ampun udh brapa tahun gw ga ke sna lol xD this ff remains me my old story, ga tahu knapa plotnya ringin dan nagih buat dibaca. Pas tahu series ke 6 sama 7 diprotect gw langsung komen aja hahhaa… Tell me what the pw is and how to get it hahhaa xD mau baca sampe akhir pokonya… Thank sis 😀

    Suka

    • aku manggilnya apa nih :3
      hoho jadi berasa nostalgia yak xD oh ya buat dapetin pw harus komen paling gak di 5 dari 6 chap (terhitung prolog) biar adil aja hehe terus kalok udah bisa minta lewat line, twitter ato email aja
      id line: nidakha18
      email nanti tulis aja, biar aku yang ngirim
      twitter @l18hee

      Suka

  11. Canyol nyebelin ih, gak inget sama si “aku” yang kaya rumah. Kemarin sama si ombre, sekarang beda lagi.. /plak /beda ne beda

    Sebenernya runa nyari gara gara kalo mindahin foto yeol pake laptop si tehun wkwkwkwk..

    Semangaaatt..
    Pake internet punya papa, internetku nyebelin, hapenya udah kubuang ke sungai nil.

    Suka

  12. AAAAA NIDAAAAA …. AKU BAPER BANGET SAMA SCENE RUNA-SEHUN DI AKHIR 😣😣😣😣😣
    DANNN… YAAMPUN YEOL, EMESH EMESH GIMANA GITU SAMA KELAKUAN KAMU, PERHATIAN SAMA SEMUA ORANG/? //eh, ga salah sih 😂😂//

    Suka

  13. Itu runa pergi dari kantin bukan merasa cemburu karena chanyeol perhatian sama adara kan?
    Oiya kok chanyeol kayak orang tukang php sih kalo gini jadinya, ini aku simpulkan dari penjelasan sunghwan yaaa

    Suka

  14. Selalu masalah tinggi badan -_-
    mungkin kalo mereka -sehun’runa- beneran jadi, sehun bakalan bikin program peninggian badan(?) buat runa tiap hari biar dia tambah tinggi. Wakz!
    Oh ya, btw itu kata yang ‘seringan’ itu maksudnya ‘seringai’ gitu ta?

    Suka

  15. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love | Coffee Hee

  16. Ou ououuu.. Sehun manis banget.
    Cara nunjukin perhatiannya itu lhoh. Cool banget, ga menye” dan terkesaaaan gentle. #i think.
    But this is so cool.

    Suka

Give Me Your Feedback Guys~