[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [03]

sh2

-[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love-

-Part 03

 

Little Genie Sick?

 

Maybe a little care can make a miracle and… a little feeling

OC’s Runa / Oh Sehun / Park Chanyeol

Kim Minseok / Min Yoongi / Jung Chanwoo / Son Seunghwan / Other

Chapter / AU / lilbit Comedy / lilbit Fluff / Familiy / lilbit Hurt / School Life / Romance / T

a present by l18hee (@l18hee)

I own the plot

Credit Poster : Aqueera @HospitalArtDesgin

-RnR Please-

Prologue | 01 | 02

 

“Nanti saja,” Runa menggelengkan kepala. Menolak meladeni Sehun yang justru memasang ekspresi khawatir, “Kau masih sakit?” Kembali sang gadis menggeleng. Masih mencoba mengenyahkan tangan lelaki di sampingnya.

Entah apa yang Sehun pikirkan hingga ia begitu saja menarik pelan gadis itu menuju ruang klub. Saat pintu terbuka, seluruh pasang mata langsung memandang keduanya heran –dan sedikit terkejut.

“Maaf, tapi-” Sehun memapah Runa ke satu-satunya sofa di ruangan, “-sepertinya dia masih sakit.”

 

 


-Part 03, Begin-

 


Adalah Minseok yang pertama bergerak sigap membantu Sehun seraya berseru pada Yoongi, “Lanjutkan saja. Kami akan menanganinya.” Tentu Yoongi yang sudah beranjak terpaksa terduduk kembali di depan meja operatornya. Semenatara Namjoon yang tidak mengerti apa-apa menurut saja dengan kode Yoongi untuk melanjutkan siaran yang hanya tinggal sebentar lagi. Chanwoo yang paling muda terlihat sangat bingung harus melakukan apa.

“Aku baik-baik saja,” masker sudah tak menutupi wajah pucat Runa. Sekarang semakin jelas jika gadis itu masih sakit. Lagipula jika ia masih sehat, pasti sudah berseru marah sekarang. “Baik-baik apanya?” Minseok mendengus seraya memosisikan diri di dekat sang gadis yang terbaring di sofa.

“Apa kita harus membawanya ke ruang kesehatan?” Sehun yang tadinya memandang Runa khawatir kini menatap Minseok -sekedar tambahan mereka teman sekelas. Yang ditanya Minseok, yang pertama menjawab justru si gadis, “Tidak perlu. Aku tidak kuat.”

“Aku akan menggendongmu,” sederet jaminan begitu saja Sehun lontarkan, dan tolakan segera cepat terdengar dari bibir Runa, “Tidak mau. Di sini sudah cukup.”

Untuk pertama kalinya Chanwoo berhasil menemukan ide bagus, “Biar aku carikan obat.” Dia segera menghilang di balik pintu tepat setelah Sehun berseru:

“Tolong carikan kompres juga.”

Sementara Minseok melepas sepatu sang gadis, Sehun melepas jas untuk menutupi kaki gadis itu. Siaran sudah berjalan kembali menuju akhir istirahat makan siang. Semuanya sudah lebih stabil sekarang. Yang tersisa hanya Runa dengan mata tertutup serta telapak tangan mengepal erat. Merasa melihat garis air mata di sudut kelopak mata Runa, Sehun berjongkok di samping sofa. Menyejajarkan diri dengan wajah si gadis.

“Hei, apa sangat pusing?” dan pertanyaan ini memicu sebuah isakan terdengar bersamaan dengan anggukan kecil yang Runa berikan.

Beberapa saat kemudian, Namjoon dan Yoongi baru saja menyelesaikan siaran hari ini dengan latar bel masuk yang berbunyi. Seandainya sekarang mereka berada di keadaan normal, Yoongi dan Namjoon pasti akan menggoda Sehun dan Runa habis-habisan. Tapi bahkan saat ini kedua lelaki itu sama sekali tak memperhatikan hal tentang Sehun dan Runa, melainkan lebih menjurus pada mengkhawatirkan kondisi karib satu klub mereka. Hingga saat Chanwoo datang, mereka masih setia pada keheningan -suatu hal yang sungguh langka.

Insiden istirahat-makan-siang-di-ruang-klub-seni terlewati dengan lancar. Para lelaki sudah kembali ke kelas masing-masing. Menyisakan Sehun yang terduduk di salah satu kursi dekat sofa tempat Runa terlelap dengan kompres di kening. Sekarang gadis itu sudah terbungkus selimut tipis.

Jujur saja, Sehun sedikit tak paham kenapa dia yang berakhir menjaga Runa seperti ini? Tapi mendengar penuturan Minseok tentang Yoongi si cuek yang kurang ajar dan jahil, Namjoon yang sering melihat majalah rated -walau begitu Sehun yakin dia tidak akan berani melakukan hal aneh, dan si maknae yang kelewat bodoh, polos, juga ceroboh, membuat Sehun menurut saja saat teman sekelasnya itu meminta ia tetap tinggal. Seandainya Minseok secara kebetulan tidak harus mengikuti ulangan susulan, pasti dia yang akan menemani Runa karena status ketua klub dan orang yang dapat dibilang dekat -dalam artian hubungan antara kakak dan adik kelas- dengan gadis itu.

Sehun menghabiskan berpuluh menit lamanya untuk bermain game di ponsel. Lama kelamaan dia mulai bosan dan memilih mengeluarkan earphone dari kantung seragam. Mungkin dengan mendengarkan musik perasaan bosan bisa sedikit berkurang. Pipinya kini sempurna mencium meja. Matanya memandang setiap sudut ruangan hingga akhirnya terhenti pada paras gadis yang tertidur lelap di atas sofa.

Kompres yang sedikit melenceng jauh dari dahi sang gadis membuat Sehun mengembus napas pelan. Ia beranjak mendekati sofa, sedikit menunduk ketika tangannya terulur bermaksud membenarkan letak kompres. Kejadian Runa yang membuka mata sebelum menatapnya sama sekali tak terpikirkan diotak Sehun. Entah dia yang terlalu banyak bergerak atau si gadis yang terlalu peka hingga terbangun seperti ini.

Sebelum Sehun kembali dari alam keterkejutannya, Runa sudah lebih dulu meraih kompres seraya menguatkan diri untuk duduk. Segera sang lelaki menahan pergelangan tangan si gadis, “Kau masih sakit.”

“Iya, aku tahu,” seketika Sehun memasang wajah heran mendengarnya. Dia kira Runa akan mengelak dengan mengatakan dirinya baik-baik saja seraya tersenyum manis seperti yang dilakukan kebanyakan gadis.

Jika begini Sehun jadi terlihat bodoh. Terlebih dengan wajah tak mengerti menatap Runa yang sedang memakai sepatunya. Jas yang menyelimuti Runa kini sudah kembali pada si pemilik. Wajah gadis itu masih terlihat kusut walau ia sudah beranjak dari duduknya seraya memandang Sehun, “Ini belum waktunya pulang ‘kan?” Dan sebuah anggukan tercipta sebagai jawaban.

Sebenarnya Sehun ingin mencegah Runa yang mulai melangkah pelan menuju pintu. Tapi toh ini sudah bukan urusannya. Bukankah ia hanya diminta menjaga Runa saat gadis itu beristirahat tadi? Untuk urusan Runa yang ingin kembali ke kelas sudah bukan lingkup tanggung jawab Sehun. Mungkin lebih baik dia kembali ke kelasnya sendiri menimbang tak ada hal yang terdengar asyik untuk dilakukan sekarang. Jadi ia mengikuti Runa yang mulai berjalan di koridor setelah memastikan pintu ruang klub tertutup rapat.

“Masih kuat berjalan?” Iya, ini adalah pertanyaan bodoh yang Sehun lontarkan. Padahal jelas-jelas dia bisa melihat Runa berjalan tak jauh di depannya walau dengan ritme langah pelan. Kendati begitu, Runa masih berbaik hati untuk mengangguk. Setidaknya sedang mencoba bersikap baik pada pemuda yang sudah menjaganya tadi.

Namun itu justru membuat Sehun gusar. Fokusnya terus terganggu dengan beberapa kali melirik si gadis. Jarak menuju kelas jadi berkali-kali lipat jauhnya. Seakan tengah menyingkirkan segala pikiran yang ada di benaknya, Sehun mempercepat langkah. Dia berlari cepat meninggalkan Runa yang terdiam untuk beberapa sekon. Oh, mungkin Sehun tak sabar melangkah sepelan ini dan memilih bergegas menuju kelas. Tak apa. Lagipula Runa masih kuat berjalan walau dengan satu tangan berpegang pada dinding.

“Apa kelasku sejauh ini?” Ia merasakan lebih dari yang Sehun rasa. Dia salah jalan atau bagaimana? Di perempatan koridor depan, seharusnya ke kiri ‘kan?

Runa masih berusaha mengingat jalan. Hingga dia berbelok ke kiri untuk menemukan sebuah koridor dengan beberapa pintu. Nah, pintu sebelah kanan yang paling dekat itu kelasnya. Dia baru akan menekan kenop pintu ke bawah ketika tangan seseorang menahannya.

Itu Sehun dengan napas tersengal.

“Mau apa ke ruang seni?” Seketika alis Runa bertaut mendengarnya. Gadis itu menatap lelaki sang lelaki, “Ruang seni? Di mana?” Sekarang Sehun yakin jika Runa belum pulih benar. Apalagi kulitnya yang kini menyentuh milik si gadis dapat merasakan kehangatan. Jangan salah paham karena kehangatan yang ia maksud adalah kulit Runa benar-benar hangat –hampir panas. Bukannya hangat karena nyaman atau bagaimana seperti di drama romansa.

“Aku sudah memanggil taksi,” ia menarik tangan Runa perlahan. Tak ada penolakan. Runa yang sedang sakit terlihat sangat patuh.

Mereka melangkah pelan dalam hening. Sampai duduk di dalam taksi pun keduanya diam. Jika saja sang supir tidak menanyakan alamat tujuan mungkin tak akan ada yang membuka mulut sampai nanti. Sehun menyenggol lengan gadis di sampingnya untuk menyebutkan alamat. Mencoba terlihat ramah kendati wajahnya begitu kusut, Runa memberitahu sang supir dengan sopan.

“Kau tinggal di apartemen?” adalah Sehun yang pertama memecah sunyi. Sudut mata Runa tertarik ke samping, memperhatikan paras Sehun yang memilih menatap jalanan.

Butuh sekitar tujuh sekon sebelum gadis itu menjawab, “Kalau kau tinggal di mana?” Oke, Sehun perlu tahu jika Runa adalah tipe gadis yang lebih sering menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. “Tidak bisa ya menjawab dulu?” pada akhirnya Sehun menatap sang gadis yang justru menyunggingkan senyum simpul sebagai tanggapan. Inti dari percakapan singkat ini adalalah tak ada jawaban sama sekali.

Jalanan yang tiba-tiba berubah sedikit tak mulus sewaktu hampir sampai di alamat yang tadi disebutkan Runa, membuat perut sang gadis bergejolak. Berkali-kali ia menegak liur seraya menutup mulut dengan satu tangan. Perutnya semakin terasa tak karuan. Bersamaan dengan taksi yang berhenti, ia langsung keluar begitu saja. Berlari menuju selokan yang ada di tepi jalan. Sehun yang melihatnya langsung menyusul setelah meminta supir taksi untuk menunggu. Dia mendapati Runa sedang memuntahkan makanan yang sudah dicerna dari pagi. Tangan gadis itu berpegangan pada dinding sementara tangan yang lain menahan surainya. Segara saja Sehun memijit tengkuk sang gadis, berusaha membantu sebisa mungkin.

Selang beberapa saat kemudian, Runa sudah berjongkok memegangi kening dan perutnya. Sungguh membuat Sehun iba.

“Sudah baikan? Kau masih kuat berjalan?” pertanyaan Sehun membuat Runa menengadah. Lalu menjulurkan tangan, memberi kode pada lelaki itu agar menariknya berdiri. Sehun menurut saja. Dia akan terlihat seperti lelaki jahat jika menggunakan sisi gengsi di saat seperti ini. Oh, rupanya taksi yang mereka naiki memang berhenti di alamat yang Runa sebutkan. Jadi mereka bisa langsung menuju apartemen Runa.

Keduanya berjalan dengan ritme pelan, menaiki elevator, dan menekan angka 8. Baru saja satu langkah keluar dari elevator, Runa menghentikan langkah Sehun dengan sebuah tarikan pelan di lengan, “Terima kasih. Sampai sini saja.” Maniknya lurus menatap Sehun yang –entah untuk keberapa kali- memasang tampang heran. Namun si lelaki tak berusaha mengelak, ia lebih memilih mengangguk, membiarkan Runa mencipta langkah sendiri.

“Hei.” Sehun memanggil, Runa menoleh. Menatap dalam diam sekitar dua detik sebelum suara sang lelaki terdengar, “Permintaan pertamaku, tidak perlu berangkat sekolah sampai kau benar-benar sembuh.”

“Apa-” Runa kurang cepat dibanding potongan Sehun, “Dan jangan sakit lagi.”

Kembali hening menyapa. Tak lama seperti sebelumnya karena Runa sudah berucap, “Itu dua permintaan, Oh sunbaenim.” Yang Sehun tunjukkan adalah sebuah kekehan pelan, kekehan pertamanya sejak siang tadi, “Tidak. Yang terakhir itu permohonan.” Ia menaikkan bahu sekilas sebelum berbalik, “Sampai jumpa lusa, nona.”

Tak ada yang coba Runa lakukan selain ikut menaikkan bahu sekilas seperti yang Sehun lakukan dan melangkah menuju apartemennya. Menekan rangkaian angka yang menjadi sandi apartemen sebelum melangkah masuk.

Setelah mengeluarkan isi perutnya tadi, kepalanya sedikit membaik. Tapi belum cukup baik untuk melakukan hal lain. Jadi ia menghempaskan tubuh di ranjang. Kedua kakaknya jelas saja baru akan sampai di apartemen malam nanti.

Kelopak matanya tertutup perlahan. Suasana yang sunyi membuat detik jarum jam dinding berukuran lumayan besar di ruang tengah sampai ke inderanya. Mengantarkan ia ke peradaban mimpi. Bukan mimpi indah, tentu. Jarang orang yang sedang sakit memimpikan hal indah. Rasa resah dan gelisah yang melanda tak akan mudah membuat mimpi indah hinggap dalam tidur. Kedua alis Runa mengeryit seiring dengan titik-titik keringat yang muncul dari lubang pori-pori. Dalam heningnya yang entah sudah melewati berapa puluh menit, ia dapat merasa sebuah telapak tangan dingin menyentuh keningnya. Antara sadar dan tidak sadar ia sedikit membuka mata. Menatap sosok kakak lelakinya yang memasang tampang khawatir.

“Runa sudah di rumah. Kau yang mengantarnya pulang, Yul? Kurasa dia masih demam.” Jiyong berucap seraya menempelkan benda pipih di telinga. Sederet ucapan Yuri di seberang sana berhasil membuat alis Jiyong bertaut. Dia memandang plastik obat di tangannya, “Baiklah kalau begitu. Tidak perlu izin pulang, aku akan menjaganya.”

Jiyong baru mencipta langkah bermaksud menuju dapur namun cemooh Yuri berhasil membuatnya berucap kesal, “Heh, jangan remehkan aku ya. Aku pernah membuat bubur untukmu waktu kau sakit cacar dulu.” Oke, itu bahkan sudah hampir lima belas tahun yang lalu. Pantas saja Yuri langsung mematikan sambungan. Membiarkan Jiyong mendengus kesal sebelum beralih mengetikkan kata kunci cara-membuat-bubur-untuk-orang-sakit di kotak pencari internet.

“Kira-kira siapa yang perhatian pada adik kecilku ini, hmm?” Dia melirik Runa dan plastik obat di tangan bergantian. Plastik berisi obat itu ia temukan menggantung di pintu apartemen. Jiyong sama sekali tak melihat seseorang yang- eh, tunggu dulu, sepertinya tadi ia sempat berpapasan dengan seorang lelaki. Berbalut seragam sekolah yang sama dengan milik sang adik.

Sayang, Jiyong tak melirik nametag lelaki itu tadi.

 


Love is Going On and On

Hey! This is a bit crazy. But… can I say I’m in love –again?

 


Terhitung sudah tiga hari Runa mengistirahatkan diri di rumah. Masa bodoh dengan tugas menumpuknya. Dia sangat jarang terkena flu, namun sekali terjangkit virus itu Runa akan terbaring lemas sedikit lebih lama dari pada orang lain. Baru hari ini ia berhasil menapakkan kaki lagi di halaman sekolah.

“Kwon!” Kendati itu marganya, Runa tak mencoba menoleh. Hey, orang bermarga Kwon tak hanya satu ‘kan?

“Hey, Kwon!”

Sang gadis masih saja melanjutkan langkah. Dia harus membuat daftar tugas selama ia tak masuk kelas beberapa hari ini.

“Kwon Runa!”

Nah, itu baru namanya.

“Oh, sunbaenim. Ada apa?” Dia menatap Sehun yang terengah-engah. Telunjuk Sehun terarah tepat di depan wajah si gadis, “Kau memperlakukan orang yang menolongmu tempo hari dengan buruk.” Sebenarnya Runa ingin balas berucap kesal. Salah Sehun sendiri hanya memanggil marganya saja. Tapi mengingat lelaki itu sudah menolongnya, ia hanya memasang senyum lebar, “Maaf.”

Seketika sang lelaki tertegun. Tak mengerti kenapa Runa terkadang bertingkah manis seperti yang biasa gadis lain lakukan. Dan terkadang juga berubah dingin. Sebenarnya gadis ini alien atau apa?

“Jangan tersinggung.” Sehun bercacak pinggang, “Tapi kurasa kau ini gadis aneh.” Pernyataan itu hanya dibalas kekehan oleh sang gadis yang mulai kembali mencipta langkah. Semakin membuat lelaki yang mengikuti langkahnya tenggelam penasaran. Gadis ‘normal’ akan marah-marah jika disebut aneh oleh orang lain -terutama lelaki tampan sepertinya. Atau jangan-jangan Runa masih sakit?

“Sehun!” Sebuah panggilan membuat Sehun menoleh demi mendapati Baekhyun beberapa langkah di belakangnya. Dia berpaling pada Runa, sedang berusaha tak acuh pada karibnya, “Aku hannya ingin mengingatkan jika kau masih berhutang permintaan padaku.” Yang diajak bicara hanya menghela napas, “Iya, iya, aku akan mencatatnya di agenda.”

“Oh, ya.” Gadis itu seperti mengingat sesuatu, “Dari pada aneh aku lebih suka dibilang unik, omong-omong.” Dia mengangkat bahu sekilas sebelum melangkah pergi, meninggalkan Sehun yang masih memasang tampang heran.

“Unik?” Sudut bibir Sehun sedikit tertarik. Runa benar-benar sosok gadis yang sangat aneh. Kadang dingin, kadang ramah. Kadang cerewet namun detik selanjutnya berubah pendiam. Sehun penasaran, apa benar ada ‘apa-apa’ antara Runa dengan Chanyeol? Lebih spesifiknya, apa benar mereka saling menaruh rasa suka?

“Itu bukannya Kwon Runa?” Baekhyun yang baru sampai ikut memandang fokus pandang Sehun. “Dia berhutang padaku,” ujar Sehun yang menutupi rasa penasaran karibnya. Walau tak terucap, dia tahu jika Baekhyun ingin bertanya.

“Kau tertarik padanya?” Gotcha! Seperti biasa mulut Baekhyun tak bisa dikontrol untuk melontarkan kalimat-kalimat yang mampu membuat orang lain kehabisan kata-kata. Lihat saja air muka Sehun yang berubah datar. Tidak sepenuhnya kehabisan kata-kata sih. Buktinya beberapa saat kemudian suara Sehun terdengar.

“Mungkin saja. Aku belum memutuskan.” Oh, ayolah, jawaban apa itu?

Baekhyun mengerling dan Sehun yang memilih diam sebenarnya tahu apa maksudnya.

“Coba saja kalau gosip Chanyeol-Runa itu benar. Apa jadinya hubunganmu dan Chanyeol?” embusan napas pelan diciptakan Baekhyun. Ada benarnya juga. Bohong jika Sehun tak memikirkan hal itu sebelumnya.

“Tapi Chanyeol bahkan lebih tergila-gila pada Adara,” ini yang menyebabkan Sehun berani melangkah ke tempat Runa berdiri –sebenarnya terjadi secara tak sengaja. Teringat bahwa Chanyeol sedang gencar-gencarnya membicarakan tentang Adara. Gadis dengan tubuh bak model serta keangkuhan selangit itu benar-benar menyedot perhatian si lelaki telinga peri. Sadar atau tidak, sudut hati Sehun sedikit berharap gosip Chanyeol-Runa hanya angin belaka. Dilihat selama ia bersahabat dengan Chanyeol, sepertinya tidak ada fase dimana Chanyeol tertarik pada Runa. Membuat Sehun berpikir jika Runa-lah yang menaruh hati pada karibnya. Tapi, dalam keadaan sekarang, ia sama sekali tak mengharapkan dugaannya benar.

“Aku tak mengerti kenapa si playboy idiot itu sekarang hanya fokus pada Adara. Memangnya dia pikir semudah itu Adara-”

“Baek,” suara Sehun menyela. Tak memberi kesempatan Baekhyun meneruskan ucapan-ucapan ala gadis penggosip di sekitar mereka.

“Aku sudah putuskan. Catat ini,” Sehun memberi jeda sekian sekon sebelum kembali bersuara dengan sedikit seringan diwajah, “Aku tertarik pada Kwon Runa.”

Apa? Secepat itukah?

-0-

“Runa noona!”

Segera Runa berbalik dan melayangkan tatapan tajam pada si pemanggil, “Jung Chanwoo, aku akan menendangmu jika memanggilku noona lagi.” Setelah Chanwoo sampai di hadapannya, ia kembali bersuara, “Sun-bae!” Dia memenggal dua kata itu tegas.

“Oke, oke. Sunbae, ini tetang artikel baru untuk besok. Sudah kusiapkan semua, tapi aku masih butuh beberapa tinjauan darimu,” lelaki satu tingkat di bawah Runa itu menyodorkan sebuah flash disk. Setelah menyimpan flash disk di saku almamater, si gadis angkat bicara, “Oke, aku akan menelitinya setelah ini.” Dia bisa meminjam laptop milik Namjoon atau Yoongi nanti.

Sudut mata Runa tertarik pada kotak susu yang baru Chanwoo keluarkan, “Jung, aku juga mau.” Chanwoo menatap kotak susu dalam genggamannya beberapa sekon. Dengan gurat sedikit tak rela ia menyodorkan kotak susu itu pada Runa, “Lain kali beli sendiri.” Segera saja Runa menyesap susu rasa vanilla itu setelah menyempatkan diri untuk terkekeh. Walau kesal mau tak mau Chanwoo menurut juga dengan perlakuan Runa.

“Oh, ya. Selama aku tidak berangkat, siapa yang menemani Namjoon siaran?” Sang gadis membuka pembicaraan. Chanwoo adalah anggota klub tingkat satu yang paling dekat dengannya. Lebih tepatnya mereka sering bertugas bersama.

“Hanya Namjoon hyung. Rachel sunbaenim ‘kan sedang sibuk belajar,” Chanwoo sudah berjalan beriringan dengan kakak kelasnya. “Iya juga ya. Eh, lalu yang-” mendadak Runa terhenti kala maniknya menangkap sosok Chanyeol sedang berjalan sumringah di depan sana. Oh, astaga, katakan jika Chanyeol tidak sedang tersenyum padanya!

“Hei, kau sudah sembuh rupanya.”

Chanwoo memandang Runa yang sedang terdiam dan Chanyeol yang tersenyum lebar di depan mereka secara bergantian.

“Eh?” Sejenak Runa sempat berpikir akan bertanya apa-kau-bicara-padaku, tapi ia segera menepis ucapan yang akan membuatnya terlihat semakin bodoh, dan memilih menyesap kembali susu kotak seraya mengangguk santai. Tak sesantai hatinya yang serasa ingin berjungkir balik ria.

“Oh, syukurlah kalau begitu. Aku jadi bisa mentraktirmu es krim kapan-kapan,” Chanyeol menengok ke belakang punggung Chanwoo sebelum kembali berucap, “Oke, aku duluan ya?” Satu tepukan di bahu Chanwoo dan ia bergegas pergi meneriaki temannya di ujung sana.

Yang sedang membuka mulut tak percaya itu Chanwoo. Ia memandang punggung Chanyeol menjauh sebelum beralih pada Runa. Menyadari sedang ditatap aneh, si gadis langsung mencipta langkah, berlakon seperti tak ada hal penting yang terjadi. Jika dia berlama-lama tinggal, pasti Chanwoo akan merubah semuanya semakin heboh.

“Runa sunbae, tunggu aku!” Dengan sendirinya Chanwoo menyusul langkah sang gadis. Menyadari tak ada hal yang aneh dengan ekspresi kakak kelasnya, ia hanya bungkam. Memilih bertanya dalam hati. Sama sekali tak menyadari Runa yang sekuat tenaga menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Dalam benak, gadis ini masih bisa mengulang sederet kata yang baru terlontar dari mulut Chanyeol.

 

Aku jadi bisa mentraktirmu es krim kapan-kapan.

Jadi… apa itu sebuah ajakan?

Sungguh sial. Apapun itu sukses membuat Runa kepalang tak fokus. Gilanya, dia justru membayangkan ice cream apa yang akan ia pesan. Garis bawahi kata akan.

“Jadi, bagaimana?” suara ujung pena yang diketukkan Minseok ke meja mendominasi suasana sunyi.

“Aku coklat saja.”

Sontak seluruh pasang mata yang ada terdampar pada Runa. Terjadi hening beberapa saat sebelum Yoongi menampakkan seringannya.

“Oh, coklat… Namjoon, kau mau rasa apa?” Terdengar seperti mengejek. Yang ditanya langsung menanggapi dengan nada tak kalah mengesalkan, “Aku vanilla saja. Kalau Yoongi hyung?”

“Bagaimana ya… Aku suka semuanya…” nada manja Yoongi yang ini lebih menjijikkan dari sebelumnya. Menyadari dirinya begitu tak fokus, Runa hanya merutuk pelan dalam hati seraya membenturkan kepala ke meja tanpa tenaga. Hanya Chanwoo satu-satunya di sini yang punya kemungkinan untuk tahu hal tersirat dari kelakuan Runa. Yah, jika bocah itu sadar sih.

Minseok hanya menepuk dahi menyadari bahwa ia harus mengulang penjelasan pada gadis itu. Ia tak mengerti apa yang membuat Runa tak fokus seperti ini. Tak acuh pada gelak tawa Yoongi dan Namjoon, ia memutuskan kembali menjelaskan apa yang tadi mereka bicarakan. Kali ini sedikit lebih singkat, tentu saja.

Hari ini Runa menghabiskan sisa waktunya dengan berpikir bodoh tentang ucapan Chanyeol. Dia bahkan beberapa kali berguling dari sisi ke sisi lain ranjang kamar saat bersiap tidur. Oh, apa Chanyeol tak tahu jika efek yang ditimbulkan sebesar ini?

Esoknya tingkah laku Runa sudah tak seaneh kemarin. Buktinya ia terlihat santai mengganti beberapa artikel terbaru di papan majalah dinding utama. Beberapa saat yang lalu, sekitar pukul 6 tadi, Yoongi baru menugaskannya melakukan itu. Huh, seharusnya ini pekerjaan Chanwoo. Kenapa harus dia yang mengerjakan? Dia ‘kan jadi harus berangkat pagi-pagi sekali. Sebenarnya tak begitu memberi efek dia berangkat pagi atau tidak. Tapi itu seperti sebuah peraturan pribadi tak kentara yang sudah Runa buat agar artikel baru sudah terpasang beberapa menit sebelum jam pertama di mulai.

“Sibuk sekali,” gumaman ini sedikit membuat Runa terlonjak sebelum membalikkan tubuh.

Oh, hell, senyum itu lagi. Park Chanyeol lagi. Berdiri tepat di belakang Runa –sekarang posisi mereka berhadapan.

“Artikel baru ya? Waaaah, aku terlihat tampan di sini,” Chanyeol sedikit memajukan tubuhnya bermaksud menunjuk foto yang tertera di salah satu artikel buatan Chanwoo. Sial. Karenanya kini Runa berhadapan dengan dada bidang sang lelaki. Aroma parfum yang Chanyeol kenakan menelisik masuk memenuhi penciuman si gadis. Untuk sesaat Runa hanya mengerjap beberapa kali. Ocehan Chanyeol sama sekali tak masuk dalam memori otaknya.

Su-sunbae, maaf,” sedikit gugup, Runa mendorong pelan lelaki di depannya. Dia bisa mati jantungan jika terus di posisi ini. Kenapa Chanyeol bisa sedekat ini sih!?

“Oh, kau mau menempelkan ini di tempat lain ya?” Kendati Chanyeol sudah menjauh, si gadis belum mau saling bertatap mata. Lebih memilih berjongkok untuk membenarkan tali sepatu yang ia syukuri tak terlalu kencang. Paling tidak dia punya alasan untuk menyembunyikan rona merah di pipinya sekarang.

Dengan kedua tangan tersembunyi dalam saku celana, Chanyeol masih memperhatikan Runa. Menunggu hingga gadis itu kembali berdiri. Biasanya Chanyeol memang tersenyum lebar, tapi kali ini senyumnya hanya terulas tipis. Entah apa maksudnya.

Mulut Runa baru terbuka, bermaksud untuk pamit dan segera mengenyahkan diri dari hadapan sang lelaki, namun lelaki itu sudah lebih dulu mengeluarkan suara, “Aku berangkat terlalu pagi hari ini. Pasti kelasku masih kosong. Aku ikut menempelkan artikel ini saja ya?”

“Eh, tapi-” Percuma saja menolak, lelaki yang masih menenteng ranselnya itu sudah mengambil tumpukan artikel dari tangan Runa sebelum mencipta langkah. Embusan napas Runa layangkan. Dia segera menyejajarkan langkahnya dengan milik Chanyeol.

“Biar aku saja yang membawanya,” Runa berusaha meraih tumpukan artikel yang alih-alih diserahkan, justru diangkat tinggi-tinggi oleh kakak kelasnya. “Jadi, kita ke papan mading bagian mana? Timur? Barat?” Terlihat Chanyeol memperhatikan benda di tangannya. Mereka sudah berjalan beriringan sekrang. Seraya melirik ransel di punggung si lelaki, Runa menjawab, “Sebelah Barat. Emmm, sunbae tidak ingin meletakkan ransel dulu?”

“Aku bisa melakukannya nanti. Ayo,” entah untuk apa nada ceria yang Chanyeol gunakan barusan. Sedikit tertegun, Runa mengambil langkah. Lelaki yang melangkah di sampingnya ini Park Chanyeol, bukan? Park Chanyeol yang pernah menunjuknya dengan stik drum itu ‘kan? Park Chanyeol yang potretnya tersimpan rapi di laptop miliknya ‘kan?

“Bagaimana posisinya?” Pertanyaan bernada bingung milik Chanyeol berhasil menarik Runa dari alam lamunan. Mereka kini berhadapan dengan papan mading sebelah barat. Semoga saja Chanyeol tidak sadar jika Runa melamun dari tadi.

“Tunggu sebentar,” tangan Runa terulur untuk mengambil artikel lama. Dia melakukannya dengan cekatan sebelum tiba-tiba terhenti untuk mengutuk dalam hati. Pasti Chanwoo yang meletakkan artikel paling tinggi itu. Dasar. Padahal ‘kan harusya sedikit ke tengah. Jadi terlihat tidak rapih jika terlalu tinggi.

Sang gadis yang sedang memendam umpatan menoleh ke sosok Chanyeol yang tengah menatapnya. Entah karena efek kesal atau bagaimana, ia sama sekali tak mempermasalahkan kegiatan menatap yang Chanyeol lakukan. “Bisa tolong aku?” Dia menunjuk artikel tempelan Chanwoo, memberi kode pada Chanyeol. Si lelaki telinga peri tersenyum dan tanpa perlu berjinjit pun sudah berhasil memindahkan artikel tadi ke tangan gadis di sampingnya.

“Nah, tolong bawa ini sementara aku menempelkan yang baru,” tanpa malu-malu Runa menyerahkan tupukan artikel lama. Sekian sekon kemudian ia sudah menempelkan artikel baru ke papan mading. Chanyeol kembali tertegun. Gadis yang tadinya terlihat ragu dan malu-malu ini bisa berubah secepat itu?

“Kwon Runa.”

Panggilan yang terlontar dari mulut Chanyeol membuat Runa yang baru saja menempelkan artikel terakhirnya menoleh. Mendapati sesungging senyum tipis yang terpeta pada wajah sang lelaki.

“Mau kutraktir es krim pulang sekolah nanti?”

.

.

.

tbc

Hai, Nida di sini :3

Masih ingat fic ini kah :” btw word chap ini lebih banyak dari chap sebelumnya loh hehe… Oh ya, sebelumnya aku mau minta maaf, tapi entah di chap berapa nantinya bakal aku kasih password. Soalnya hati gak enak juga liat angka *ehm* silent reader. Bukannya mau gimana-gimana, cuman aku butuh semangat buat nerusin fic ini hehe ngerti kan maksudnya? Makannya diusahakan komen di setiap chap yah 😉 Makasih banyak yang mau baca dan komentar ❤

68 pemikiran pada “[Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [03]

  1. FIX AKU BENCI COWOK MACEM YEOL!
    Kesannya pengecut banget. BAH, *si tata baper XD
    kok baby Chanwoo kesannya kek oon sih nda? :3 tapi tetep cinta deh, 😀
    duh aku gak tau gimana harus menjabarkannya, tiap karakter bener-bener digambarin apik. AKU SUKAAAAK.
    aku kok mikirnya kalo Sehun itu udah suka sama Runa sejak lama yaa?
    gak mungkin kan dia langsung bikin keputusan gitu aja kalo selama ini gak suka merhatiin Runa? *eaak jiwa kepo gue keluar.
    dan… IZINKAN AKU GIGIT PIPI SI BAEK. YAALOH DIA BIKIN NAPSU AJA SIH XD
    oke sip. aku tunggu next partnya yaa Nda! cumungutttssss ^^)9

    Disukai oleh 1 orang

    • HAHAHAHA BAPER HAHAHA/plakk!!
      iya kak, chanwoo masih kek anak kecil yang oon-oon unyu gituu wkwk
      aku malah mikirnya sehun sukanya sama aku kak *krikkrik* keputusan itu aja aku yang suruh *krikkriklagi*
      GIGIT AJA KAAK GIGIIIIIIT HAHAHAH
      iyap makasih kakak cantiiiiq XD :3

      Disukai oleh 1 orang

  2. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [04] | Coffee Hee

  3. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [05] | Coffee Hee

  4. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Coffee Hee

  5. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | Oh Sehun Fanfiction Indonesia

  6. Ping balik: Teaser – Say Hi to Work Say Hi to Love [7] | EXO FanFiction Indonesia

  7. Rasa Vanilla aja ah~ wkwkwkwk
    Hayoloh Chanyeol suka ama siapa hayo !!! Ati ati Yeol, tingkah sopanmu itu bisa berdampak besar wkwkwkwk
    eh serius si Sehun cepet amat ngomong tertariknya deh nggak pa pa lah~ seru hehehehhe

    Suka

      • Biarin kak aku mah gk ditawarin sm Chanyeol tapi ditawarinnya ama Luhan *melenceng luhan dibawa bawa
        Iya sih ngerasa ada sesuatu ama Sehun karna cepet bgt sukanya lagi juga dia kayaknya mau aj diwawancarai sm si Runa kan katanya kalo kayak gitu kondisinya si Runa bakal dilempar kesana kemari cmn buat wawancara doank trus si Sehun juga baek amat ama si Runa 😒 rada curiga cmn gk yakin juga sih wkwkwk

        Suka

      • luhan lagi syibuk promosi lagu baru nak, gak sempet nawar nawain es lilin/plakk!!
        iya kaaan… coba aja deh dikira kira, aku bikinnya tersirat juga sih sebelumnya, soalnya sehun agak sulit mengekspresikan kata kata gitu haha kecuali sama aku *uhuk

        Suka

  8. Ping balik: [Behind the Scenes Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love [7/END] | Coffee Hee

  9. giliran sehun udh ngaku ke baekhyun eh chanyeol act matian-matian buat dapet perhatian runa . Gemes dehhh,
    Disitu baekhyun macem paparazzi hahaha

    Suka

  10. astaga sehun gentleman banget disiniiii >__<
    tp chanyeol, ah entahlah, dia sebenernya beneran suka apa nggak sih sama runa??
    eh tapi parah banget itu yang pas lagi di ruang klub jurnalistik, runa malah bilang mau coklat wkwkwkwk XD
    mana yoongi dan namjoon juga jadi ngejek pula wkwkwk XD
    malu banget dah kalau jadi runa. pengen langsung ke luar angkasa aja biar ketemu om galaxy (abaikan) XD

    Suka

    • haha iyaaa sehun mah diem diem gentle bikin meleleh wkwk
      hmmmm suk agak yaaaa wkwk
      haha iya itu mah karna runa gak konsen aja karna ajakan makan es krim chanyeol wkwk yungi namjun mah emang dasarnya tukang ejek/plak

      Suka

  11. LOLOLOLOLLLL…. LMAO 😂😂😂
    RUNA GAK FOKUS GEGARA AJAKAN CHANYEOL 😂😂
    MAS YUNGI JUGA, EMESHIN 😂😂😂
    Ah, filingku gak enak nih, Nid. jangan2 ada sesuatu di balik sesuatu tentang sesuatu yang Chanyeol sembunyikan/? kayanya dia suka Adara, tp kok dia perhatian banget sama Runa? 😶
    dan akhirnya Sehun tertarik sama Runa 😊 tak apa, Hun. lebih cepat lebih baik/? 😁

    Suka

    • NAMANYA JUGA CEWEK KAK, APALAGI DIAJAKIN AMA COWO YG DITAKSIR *UHUK*
      IYAAAA YUNGI GEMESIH KYAAAA
      iya san sebenernya ada sesuatu yang chanyeol sebut sebagai sesuatu yang chanyeol bialang itu emang sesuatu yang kudu dirahasiakan
      hammm hayoh hmmm gak mau ngomong bagian perasaan yeol haha
      wkwk sehun baru aja sadar dia san, padahal tertariknya udah dari dulu pas dia lahir/gakgitunid

      Disukai oleh 1 orang

  12. Ugh lagi dan lagi sehun bikin kesengsem~

    canyol maunya apa ya? canyol suka sama adara apa runa ya? kok gimana gtu kalo canyol perhatian ke runa. udah trlanjur asik sama sehun sii fufu

    Suka

  13. DEMI SEMPAK YOONGI! SUDAH KU DUGA SI SEHUN SUKA RUNA!!!! AAAAAAAAAA!!!!!! TERUS TERUS TERUS! KENAPA SI CHANYEOL NGAJAKIN RUNA KENCAN /?/ PADAHAL DIA GAK SUKA RUNA?!?!?! WHY?

    Suka

  14. Hmm apasih maksudnya chanyeol tuh ngajakin makan es krim
    Kayak tukang php tahu nggak
    Pasti entar bakal ada gosip lagi deh
    Sehun beneran udah mulai suka sama runa?

    Suka

  15. Hmm sweet banget permintaannya sehun
    Ternyata dia nggak jahil yaa dengan permintaannya
    Perasaan kalo aku sakitbkayak ruma gak sampe keluar tetes air mata gitu
    Ckck runa gitu banget yaa sampe lupa jalan gitu

    Suka

    • iya aku sendiri bingung kenapa dia tetiba minta hal begituan/gak
      iya soalnya runa jarang sakit, sekali sakit langsung gakenak/semuasakitgaenakkalik -_-/
      iya runabutuh kompas :’v

      Suka

  16. Ping balik: [Behind the Scenes: Festival] Say Hi to Work, Say Hi to Love | Coffee Hee

  17. Jadiiii… Sehun sudah mutusin buat suka sama runa 😂😂 oh deeem….
    Dan apa? Ceye mau nraktir es krim?
    Ini ajakin kencan? #i think so 😄😄😄😄

    Suka

Give Me Your Feedback Guys~